Sabtu, 09 Oktober 2010
Masa Peralihan
Di asrama, saya diarahkan untuk menjadi kader Muhammadiyah yang baik dengan segala kegiatannya. dari situ juga saya merasakan masa peralihan, dari anak desa menjadi anak kota, dari masa permainan ke hal yang sedikit lebih serius, dari masa bersama family ke kesendirian yang terkadang terselimut kerinduan pada keluarga, tak heran jika saya sering menangis pada masa-masa itu.
Kemudian, persinggahan kedua adalah PP AL-AMIEN PRENDUAN. Pada masa ini sangat berat sekali. Bahkan saya sempat membenci almarhum bapak karena beliau selalu memaksa saya untuk mondok. Oh…mengingat itu (maafkan ibnu bapak). “Kamu Mati di Pondok ini saya ikhlas cong, tak ada pilihan lain buat kamu selain mondok” ucap bapak ketika saya hamper tiap hari menelpon untuk mengadu sama ibu karena tidak kerasan. Saya mondok lima tahun dengan pengabdian.
Di pondok ini, saya diarahkan untuk menjadi muslim yang baik, muslim yang toleran, muslim lintas mazhab, muslim yang menekankan islam sebagai rahmatan lil alamin, muslim yang tidak gaptek dan kuper, muslim yang modern. Awal pertama, saya mengalami masa transisi itu, dari pergaulan lingkup kecil menjadi lebih luas, dari semi disiplin menjadi high disiplin dengan pengawasan dari peraturan dan ketatnya pengawasan dari pengurus pondok, dari banyak ketidak tahuan diri menjadi tahu diri, sesekali saya menjadi idealis. Tapi yang terpenting di sini, saya lebih tahu arti hidup di sini, di pondok ini, baik dengan membaca atau mendengar tausiah dari kiai.
Tangga hidup selanjutnya adalah Cairo Mesir, Al-Azhar University. Tahap ini saya anggap sebagai tahap pematangan. Sebaliknya, tidak ada kesedihan apapun ketika saya mau kuliah ke kairo. Saya merasakan nikmatnya merantau, saya merasakan apa yang saya benci dulu “mondok” dalam artian belajar hidup, belajar mandiri. Apalagi ini luar negeri…hu…senang sekali.
Alhamdulillah, kuliah berjalan dengan mulus dan bisa lulus tepat waktu. banyak pengalaman menarik di mesir, pengalaman bersosialisasi dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai negara, pengalaman akademik dan ritual, seperti bagaimana saya pernah kena tipu tiket laga Ahly Vs Barcelona oleh teman sendiri orang mesir, bagaimana berinteraksi dengan teman-teman dari kulit benua hitam (afrika), ada juga sedikit pengalaman cinta di sana, tapi selalu kandas..hehehe. semua itu membuat saya merasa lebih matang menjalani hidup.
Loncatan selanjutnya adalah Abu Dhabi. Beberapa bulan setelah wisuda di Cairo, saya berangkat menuju Abu Dhabi, bukan melanjutkan kuliah, tapi untuk bekerja. Pekerjaannya sebagai staff office di sebuah CV real estate di Abu Dhabi. Kesan pertama, saya bertemu dengan seorang wanita lebanon yang sangat ambisius sekali, perawan tua, temperamental, perokok berat. Salah satu pesan dia ke saya “ibnu,jangan kau mempercayai orang seratus persen sisakan sepuluh persen untuk tidak mempercayainya.” Hu…dia biasa kita panggil miss Claire.
Dua kali pindah kantor dan selama satu tahun setengah saya bekerja di UAE. Kantor kedua di typing service, melayani pembuatan visa dan pelbagai kartu izin bekerja di UAE dengan bos utama dari Seorang yang baik bernama Abu Fahad. Loncatan hidup ini membawaku menemukan sesuatu hal yang baru, dunia baru yaitu dunia kerja. Dunia yang terkadang tidak menghiraukan perasaan dan kemanusiaan, yang ada hanya untung dan rugi. Kau menguntungkan menjadi teman, kau merugikan tak ada hubungan.
Di dunia baru ini, saya mengalami beberapa perubahan, bisa dibilang 180 derajat berubah. Dari sebelumnya meminta uang, kini bisa saya dapat sendiri, dari sebelumnya dikirim uang kini mengirim uang, dari semula irit menjadi sedikit longgar, dari semula jarang lebih uang, ketika itu uang di tangan, uang tiap hari ada, bisa dibilang kehidupan bertolak belakang dari kehidupan ketika menjadi mahasiswa di mesir.
Pulang kampong, sejak awal bulan ramadhan saya back to kampong.kepulangan ini karena Desakan keluarga terutama ibu untuk segera pulang. Awalnya saya santai menanggapi desakan ini, tapi dalam perjalanan pulang dari bandara menuju rumah saya baru tahu sekaligus terkejut bahwa saya sudah di plot sama ibu agar tidak kembali, jangan merantau lagi ke luar negeri.
Selama bulan puasa, saya bingung dengan beberapa permasalahan, yang paling tidak nyaman ketika memikirkan kontrak professional yang belum selesai di UAE. Kontrak yang seharusnya saya harus tepati, tapi bagaimanapun setelah saya pertimbangkan, saya lebih memilih ibu ketimbang kontrak itu apapun resikonya, seperti ban (hukuman,larangan tidak boleh masuk UAE lagi selama beberapa tahun) dll.
Masalah lainnya, berkaitan dengan perobahan gaya hidup. Dulu ketika di UAE, pemasukan dan pengeluaran berimbang bahkan lebih, kini di kampong ini pengeluaranlah yang dominan. Dulu, kebutuhan apapun dapat dengan mudah saya beli, tapi kini, saya harus mengirit, saya harus menghemat. Maka saya harus lebih bijak dalam menghadapi masa pancaroba itu semua.
Kini, saya akan menetap di kampong ini, untuk kegiatan sementar menjadi petani tomat, bersama keluarga dengan senang, dengan gembira. Ibu selalu bilang “Dinah cong makeh ngakan gengan maronggi kor apol-kompol sakeluarga”–biarlah cong, walaupun makan sayur maronggi (sayur gratis di madura)di sini, tapi kita selalu berkumpul sekeluarga itu sudah nikmat-
Kamis, 07 Oktober 2010
Berbeda
Perbedaan dalam lingkup yang kecil, seperti di dalam keluarga. Sejak awal perkawinan suami istri sudah dianjurkan untuk saling melengkapi, menghargai, serta menoleransi sisi perbedaan ataupun kelebihan dan kekurangan di antara mereka, sehingga menjadi kesatuan yang menguatkan posisi sebagai keluarga yang siap menghadapi permasalahan.
Demikian juga ketika mereka sudah mempunyai keturunan, diantara buah hati tentu akan ada perbedaan baik dari tingkah laku, fisik serta kecerdasan anak. Disitulah tantangan keluarga untuk melatih anak-anak dalam perbedaan dengan didasari kasih sayang.
Perbedaan juga adalah sunnatullah. Aha…andai saja semua hal di bumi ini sama, betapa cepatnya dunia akan hancur, karena masing-masing orang akan mempunyai kehendak dan kemauan yang sama. Maka benar-benar dengan perbedaan itu, manusia antara satu dan lainnya saling menguatkan, saling melengkapi untuk membangun peradaban manusia.
Ada air, ada semen, ada batu bata. Masing-masing mempunyai kekuatan untuk memperkokoh rumah. Bagaimana kalau semuanya semen?, bagaimana kalau semuanya bata?rumah tidak akan tersusun kuat, dan dalam waktu pendek akan hancur.
Perbedaan tentunya tidak selamanya manis dan positif. Misalnya, perbedaan yang sudah melapaui batas norma masyarakat dan norma agama. Contohnya perampok, mereka berbeda secara profesi, akan tetapi pahit bagi masyarakat, dan menimbulkan efek negatif bagi Negara. Di sinilah perbedaan tidak diperlukan, karena terasa pahit.
Berbeda dalam komitmen dalam sebuah Negara, keluarga atau sebuah organisasi. Negara ini dibangun oleh sebuah kesatuan komitmen. Contohnya, antek penjajah. Sumpah pemuda adalah sebuah komitmen dari banyak kalangan pemuda untuk menyatukan bangsa. Naifnya, masihlah ada pemuda yang berbeda dalam berpikir dan berkomitmen, mereka lebih mementingkan uang dari penjajah ketimbang komitmen membangun bangsa.
Hal ini, sering terjadi juga pada keluarga dan organisasi yang kita ikuti. Mungkin karena sifat iri dan dengki dari salah satu keluarga, kemudian menghasut, menfitnah, sehingga komitmen membangun sebuah organisasi atau keluarga hancur, tentunya karena penghianatan komitmen tadi.
Semoga kita bisa berlatih untuk berbeda dengan dasar kasih saying dan menempatkan perbedaan pada porsinya.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Seandainya
Rabu, 23 Juni 2010
14) Syeikh Ahmad Bin Zayed Al Nahyan
Rupanya pencarian itu masih belum menemukan hasil yang berarti. Menurut informasi pencarian terhambat karena tingginya air akibat lebatnya hujan. Itulah kabar terakhir dari Saudara termuda presiden United Arab Emirates, Sheikh Khalifah Bin Zayed.
Selasa, 13 April 2010
17) Enaknya Jadi Minoritas
Sabtu, 10 April 2010
16) Kontroversi Sarung di Sharjah

Pagi hari, diwaktu membuka Koran-koran lokan UAE, kebetulan yang pertama kali saya buka GULF NEWS, saya melihat gambar orang asia selatan bergerombol memakai sarung dan membaca judul dari berita itu " Sharjah bans South Asian attire lungi in public". Saya terkejut, "Lungi" kan bahasa India, kalau bahasa indonesianya sarung. Kalau bahasa urdunya kalau gak salah ingat "shahbat". kenapa kok di larang, saya penasaran dalam hati.
"Saya baru beberapa hari keluar dari kantor polisi, karena mengenakan "lungi" atau sarung di depan umum" ungkap sumber berita.
Kemudian dia mengeluh " Mengapa saya kok ditangkap, sedangkan pakaian saya ini menutup semua badanku dengan rapi dan bersih".
Sedangkan Dari pihak berwajib sendiri masih ambigu, karena tidak disertai penyebutan secara khusus bahwa pakaian lungi (sarung) adalah termasuk pakaian tidak senonoh. Di perturan cuman disebut bahwa "pakaian tidak sopan atau tidak senonoh dan terbuka dilarang".
"Sharjah Police maintain that indecent and revealing clothes are not allowed in public. "The decency law was implemented in Sharjah ten years ago," an officer said."
Membaca kontroversi sarung ini memang menggelikan , karena saya sendiri memakai sarung dan sarung merupakan salah satu pakaian tradisi Indonesia. tapi selama di UAE saya memakainya di dalam rumah saja. Mungkin juga ini memerlukan opini masing-masing pribadi orang terhadap sarung. Seperti disebutkan, satu-satunya alasan mengapa pakaian ini dilarang dipakai di depan public adalah karena dianggap "kurang sopan" , "tidak Senonoh". Bagaimana kalau menurut anda? tentu akan berbeda pendapat juga.
Kemudian saya lanjutkan dengan membaca komentar-komentar dari berita itu, komentarnya sangat beragam, ada yang setuju, ada yang jijik dengan sarung, tapi ada juga yang menengahi, seperti komentar yang datang dari orang india : "saya memakai sarung juga, tapi saya cuman pakai di dalam rumah saja, tidak ke public. Saya kira, kita harus mematuhi peraturan atau budaya dimana kita tinggal"
Setahu saya,Bagi orang arab pakaian Ini tidak senonoh, karena konon, pakaian sarung ini identik dengan pakaian kalau mau "ngutuk" (berhubungan badan), intinya, pakaian ini punya kesan negative bagi orang arab.
Sharjah adalah salah satu provensi di UAE. Saya sendiri setuju dengan penerapan pelarangan ini, karena kalau memang sarung dipandang tidak senonoh atau tidak sopan oleh pemerintahan UAE, kita harus menghormati peraturan itu.
Ternyata pemakaian sarung masih belum ramah di lingkungan International ya...,heheheh
Jumat, 09 April 2010
15) Ketidak PD-an terhadap Bahasa Sendiri
Di arab, khususnya abu dhabi, mempunyai bukti nyata dari fenomena itu, yaitu dengan berkembang dan tumbuh suburnya sekolah-sekolah asing yang mengajarkan bahasa asing, inggris-perancis serta lainnya. Sedangkan di sisi lain, bahasa arab mengalami penurunan yang sangat drastis sekali.
Bicara bahasa arab, ada dua: pertama bahasa fushah (resmi), kedua bahasa Ammiyah (pasaran). Kalau melihat bahasa arab kedua, memang cukup banyak dipakai oleh bahasa arab sendiri. Nah inilah menurut saya satu-satunya peninggalan bahasa arab itu. Kalau membahas bahasa fushahnya, sudah sangat minim sekali orang-orang arab ngomong pakai bahasa fushah, bahkan banyak dari mereka tidak mengerti bahasa fushah itu.
Ibarat di Indonesia, bahasa Indonesia banyak dilupakan orang, karena mereka lebih senang dan bangga dengan bahasa inggris atau bahasa lainnya. Ngomong pakai bahasa daerah itu sudah biasa, karena dari lahir orang tua sudah bicara pakai bahasa daerah. Tapi ya itu, mereka tidak pernah memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, mereka lebih senang pakai bahasa asing itu.
Bahkan banyak perusahaan-perusahan kecil di UAE, yang bosnya sendiri orang arab asli, tapi mewajibkan atau paling tidak mensunnahkan pegawainya pake bahasa inggris. Inikan namanya orang dalam mengikis bahasa sendiri.
Ada teman saya dari Syria, membawa teman yang ingin membuat Curriculum Vitae. Setelah duduk di depan saya.
teman teman saya itu bilang "tolong bikinin surat CV dong" sambil menyerahkan card identity-nya ke saya.
Saya balik bertanya. Mau pakai bahasa apa nih? "Arab" jawabnya.
Kemudian teman saya itu protes "wah, bahasa inggris aja. Sekarang dimana-mana bahasa inggris"
"Gak papa bahasa arab juga" kata saya, kemudian melanjutkan. "Inikan Negara arab, kamu juga orang arab"
"gak bisa" teman saya yang satu itu kembali protes "perusahan-perusahan sini sudah makai management inggris semua"
Tanpa terpengaruh omongan saya, teman teman saya itu kemudian menyerah "ya udah deh bahasa inggris aja".
Saya coba mereka-reka, mungkin alasan mereka yang senang memakai bahasa asing adalah begini "Di Arab-kan banyak pekerja asingnya, mereka gak ngerti bahasa Arab, mereka cuma mengeri bahasa inggris, jadi saya pakai bahasa inggris"
Alasan itu saya kira tidak logis, mengapa bahasa arab yang harus mengalah kepada bahasa asing, seolah-olah bahasa arab kurang berharga dari bahasa asing. Kalau bisa mereka harus dipaksa secara lingkungan agar mereka mau belajar dan memakai bahasa arab, misalnya dengan mewajibkan pegawai berbahasa arab. Dengan begitu, saya kira bisa menunjukkan bahwa nilai jual bahasa arab, tidak lebih rendah dari bahasa lainnya.
Namun tidak terelakkan, ada sisi positifnya juga. Dengan fenomena mengasingi-sasi bahasa ini membuat Negara arab lebih bisa mengaktualisasi wacana dengan bebas dan luas, karena seperti yang sudah dikenal sejak zaman dulu,Orang arab adalah orang fanatic terhadap suku, ras, budaya sendiri.
Hasilnya- beberapa tahun belakangan ini memang arab tidak lagi fanatic buta, dengan menutup mata dengan dunia luar. Meraka malah ikut andil dalam sector-sektor ekonomi dunia. Walapun pengaktualisasian itu sering kelewatan.sampai-sampai mereka tidak bangga dengan bahasa-nya mereka sendiri.
Contoh kecil dialog saya dengan teman saya itu adalah akibat dari pengaktualisasian yang kelewatan, itu adalah sebagian fenomena yang sekarang dirasakan oleh para elit bahasa arab di negeri-negeri arab. Mereka khawatir kalau bahasa arab bisa hilang sama sekali, Kekhawatiran itu terbukti dengan munculnya banyak seminar yang membahas tentang masa depan bahasa arab di tengah-tengah bahasa asing, tentu bahasa arab yang fushah.
Sabtu, 27 Maret 2010
12) Berhenti Mensucikan Arab
Kamis, 25 Maret 2010
11) Sate/Nasi pecel, Tha"miyah bil-bait, Biryani

10) Bahasa Kepala
Rabu, 24 Maret 2010
Akal Manusia itu Begitu Berharga
Saya masih ingat Pepatah arab, yang intinya begini. Orang berilmu itu mulia walau badannya kecil, dan orang berbadan besar itu akan kerdil kalau dia tak berilmu, atau bodoh. Intinya, bagaimanapun kondisi tubuh anda kalau sudah berilmu akan menjadi mulia.
Ilmu tentunya akan membawa kemajuan bagi manusia. Proses ilmu itu bersumber dari akal. Maka dari akal-lah semua kemajuan manusia saat ini didapat. Einstein lewat akalnya merumuskan teori-teori fisika, Thomas Alfa Edison lewat akalnya menemukan telegraph Lampu listrik dll. Maka sungguh besar nilai akal manusia. Tak heran, jika seseorang sudah tak berfungsi akalnya, maka statusnya 'Gila". Salah satu status social yang sangat terhina sekali.
Semua fasilitas mempermudah manusia. Fasilitas nyaman dari ilmu dan ilmu dari olah akal. Begitulah sederhananya, mengapa manusia harus menghargai betul keberadaan akal dalam dirinya.
Minggu, 21 Maret 2010
Momentum Memperbaiki Diri

Akhir-akhir ini, intensifnya volume kunjungan jamal mubarrok ke beberapa instansi yang mempunyai cukup banyak massa, seperti Timnas bola mesir atau ke Klub-klub besar seperti Al-Ahly sangat bagus, karena kunjungan itu bisa mendapat simpati dari masyarakat mesir. Politik pencitraan memang perlu untuk menyokong simpati masyarakat.
Sabtu, 20 Maret 2010
DR. Ahmad Thayib

Jumat, 19 Maret 2010
Jelek-Jelek
Kamis, 18 Maret 2010
(9) Talang Siring, Nile dan Corniche

Corniche, kosa kata yang berasal dari perancis yang artinya jalan di sisi tebing atau gunung. Ini bukan hanya terdapat di UAE, tapi juga di mesir, Saudi dan
Selasa, 16 Maret 2010
(8) 3 Negara.
Senin, 15 Maret 2010
(7 Isu) Tertibnya Lalu Lintas
Kamis, 11 Maret 2010
(Isu 6) Malam Jum'at

Malam jum'at di Negara-negara Arab layaknya malam minggu di Indonesia, senyum bahagia bisa istirahat setelah bekerja selama seminggu hadir menghiasi wajah. Begitu bahagianya menyambut akhir pekan.
Muda-mudi seperti biasanya, berjalan ke tepi pantai, pergi ke taman Cornice sambil bergandeng tangan, tertawa mesra di atas kursi taman, menandakan bahwa ada rindu tiap pekan, di mana aku dan kamu bisa pergi bersama dan berbagi cerita.
Sebagian juga ada yang ke diskotik, merayakan dengan sorak-sorai kegaduhan musik dan lampu disco. Berjoget mengikuti dentakan lagu keras. Minum alcohol, sambil bersulang chress…kemudia berucap I love honey.
Uniknya, tiap Negara ada diskotik masing-masing, tapi siapapun bebas bisa masuk ke tempat-tempat itu, hanya nama dan mayoritas pendatang di
Untuk orang
Rasa kangen keluarga, teman dan lingkungan bisa terobati dengan hidangan ala
Malam jum'at di Abu Dhabi lain halnya dengan malam jum'at di
Namun di sisi lain Saya Bangga, karena Di setiap malam jum'at ini, warga kampong desa saya selalu membaca yasin bersama-sama, berkelompok, mereka menamakan dengan "kolom jum'atan", sesuatu yang patut disyukuri dan saya kira perlu dilestarikan keberlangsungannya.
Awalnya saya membenci aktifitas ini, karena ini dianggap bid'ah. Tapi setelah saya mondok ditambah lagi pemahaman toleransi mazhab yang diajarkan Al-Azhar, saya kemudian bisa mengambil faedah dari acara-acara keagamaan seperti ini, salah satunya, tumbuh suburnya ruh keagamaan dalam diri warga, sehingga bisa menambah keimanan. Saya membayangkan kalau tidak ada kegiatan seperti ini, maka kegiatan keagamaan akan kering keronta, tak bernyawa.
Malam jum'at, di sini adalah malam bahagia, malam kasih sayang bagi mereka yang mempunyai pasangan. Tapi "apa artinya malam minggu, bagi orang yang tidak mampu, mau ke pesta tak tak mampu (rhoma irama)", tidak mampu di sini saya artikan bukan hanya tidak punya duit, tapi juga tidak punya pasangan.
Malam jum'at di mana saya hanya bisa memegang bantal guling…..hehehehe