Di Indonesia, saya punya dua makanan kesukaan. Pertama, Sate, kedua, Nasi Pecel. dari kecil saya sudah merasakan kenikmatannya. Sejak kelas satu SD, sayapun sudah bisa merasakan kapan pecel itu enak dimakan. Di pagi hari, itulah waktu cocok untuk pecel. Nenek saya hafal kebiasaan ini, terbukti ketika kemarin saya pulang, dan saya menginap di rumahnya, pas jam 06.00 Nasi itu sudah tersedia di atas meja makan. Pulang dari masjid, nenek sudah menunggu di ruang tamu, kemudia dia mengabari, "nasi pecelnya di atas meja".
Ucapan itu, sungguh mengembalikan kenangan masalalu hadir. Dulu, setiap kali habis mandi ,nenek membantu memakaikan baju seragam SD, kemudian mengantarkan kemeja makan atau keruang tamu, dipastikan pecel sudah tersedia. teringat itu, Seketika saya mendekati nenek, saya cium tangannya, sambil berkata dalam hati, "Terimakasih atas Semuanya Nek".
Sate,makanan ini enaknya di waktu malam. Mungkin karena dulunya Al-marhum bapak sering lembur dan pulang malam,beliau selalu membawa oleh-oleh sate.Terus jadi kebiasaan, bagi saya makan sate enaknya pas malam. Kebiasaan ini mbak dan ibu yang tahu. Jadi ketika ibu atau mbak pergi belanja ke pamekasan (kota ) di malam hari, hampir dipastikan mereka tak lupa membawah oleh-oleh itu.
Di Mesir, Tha'miyah bil bait bisa dikatakan makanan favorit, makanan penuh kenangan di masa kuliah. Makanan yang dibungkus dengan "aisy" roti khas mesir, di dalamnya ada banyak campuran, Tha'miyah + dedaunan+telur+ada juga cairan terbuat dari tepung. Tha'miyah ini bagi saya bisa dimakan kapan saja, tak butuh waktu. Lapar datang, langsung sikat.
Teringat ketika makan pertama kali, dibawa oleh seorang senior di kairo ke warung rakyat mesir. Langsung disuguhi makanan ini, pertama lihat "woh ini kok kayak makanan kambing di kampong saya, daunnya dibiarkan begitu saja, tanpa bumbu apapun". Terasa lain, aneh, waktu itu, makanan tersisa separuh, karena sudah terasa tidak enak.
Namun, saya tidak butuh waktu lama untuk menyukai Tha'miyah. Selepas Seminggu di Kairo, saya malah sering turun apartemen untuk membeli makanan ini. Apalagi kalau pas lagi masuk kuliah, di depan Kampus dan di belakangnya, ada penjual Tha'miyah enak. Terkadang Warung itu menjadi tempat tongkrongan bagi teman2 mahasiswa.
Sekarang, Di Abu Dhabi, saya juga mempunyai makanan favorit "Nasi Biryani". Biryani berasal dati kata Persia , artinya fried atau nasi goreng. Tapi nasi gorengnya lain dari nasi goreng Indonesia , dari bumbunya saja sudah lain, tentu rasanya juga lain.
Kalau di Indonesia, nasi goreng tak pake kuah. Nasi biryani itu pake kuah, entah kuah dari apa saya kurang memperhatikan. Dalam nasi goreng, biasanya kita sering mencapur ayam atau daging di dalamnya. Biryani, ayam dan dagingnya dipisah.
Jadi, ketika kita makan biryani, akan ada empat wadah di sana, pertama untuk Nasinya, kedua untuk Kuah, ketiga untk Ayam atau daging atau Ikan, keempat untuk lalapannya, ada mentimun, gar-ger (tumbuhan yang konon, bisa memperkuat hubungan suami istri), gubis, wortel dll.
Nasi biryani sangat popular sekali untuk negeri asia selatan, seperti India , srilanka. Namun di negera-negera arab juga popular, mungkin karena pengaruh dari orang-orang pendatang, dari India , Pakistan , Bangladesh , bahkan nasi ini bisa menjadi menu makanan pokok acara perkawinan orang-orang arab.
Itu semua adalah makanan-makanan favorit saya yang sering saya makan, Sebenarnya masih banyak makanan-makanan enak sejenis lainnya, mungkin karena selera ya…selera membikin saya suka pada keempat makanan itu.
2 komentar:
aku sering makan nasi bukhori di makkah nu ama jeck dan encien. nasih satu lengser besar sekali. enak tenan bikinan orang bangkali itu
katanya sih sama mas, antara nasi biryani dengan nasi bukhori. gak tahu pastinya, doakan biar segera bisa nyoba seperti and di saudi...heheheh
Posting Komentar