Selasa, 29 Desember 2009

Korupsi, Kolusi, Nepotisme itu di mana-mana

Sejak SMP aku sudah mengenal kata-kata ini, sebab waktu aku SD Orba masih berkuasa, jadi para guru, para wartawan dan seluruh rakyat indonesia tidak berani macam-macam berkata ini itulah. Mereka tidak mau dipejara atau hilang begitu saja.

Smp aku berkenalan dengan tiga kosakata ini, di Koran-para guru-tukang becak-televisi semua membicarakan "BeRaNtAs KKN" disertai dengan kalimat berikutnya "TuRuNkAn Pak Harto". Tokoh yang paling aku kenal dan sering aku dengar ketika itu adalah Amien Rais….dan memang kebetulan SMPku milik Muhammadiyah.

Semangatku ikut berkobar ketika itu, untuk memberantas korupsi, untuk membabat habis Kolusi untuk Menghabisi Nepotisme yang katanya sudah mengakar di Negara kita. Begitu juga aku sedih, mengapa negaraku akan jatuh miskin, mengapa Negaraku akan tertimpa ratusan trilyun hutang. Memang KKN wajib untuk diberantas…"kataku dalam hati".

Mengingat korupsi aku jadi ingat alhmarhum bapak, beliau sering bahkan membeli puluhan buku Amien Rais, dan beliau memang mengidolakan yang katanya bapak "Amien Rais lah yang hanya bias memberantas korupsi di negeri ini". Mendengar itu aku terpengaruh dengan kata-kata itu, akupun sedikit banyak membaca buku-buku dan berita tentang Amien Rais .

Enam tahun reformasi berjalan, Wacana KKN masih belum juga habis, namun pemerintah sering menggunakan kata-kata diplomatis "mengalami penurunan" cukup sekedar pemanis saja, untuk tidak mengatakan bahwa pemerintahan pasca reformasi gagal total memberantas KKN. Tepat ketika itu 2004 aku berangkat ke Mesir, tujuannya untuk belajar.

Kesan pertamaku terhadap Mesir, bukan kesan politik tapi kesan keindahan dan sejarah yang megah. Keindahan gadisnya yang katanya cantik dan seksi. Bagiku juga ketika itu Mesir adalah Negara yang penuh dengan sosok pemikir, tidak ada KKN, dan jalannya pemerintahan sangat demokratis. Karena bagiku Indonesia yang hanya penuh dengan KKN.

Empat tahun aku di Mesir, ternyata Mesir dari sisi politik tidak seperti yang aku bayangkan, bahkan aku bias bersyukur bahwa pemerintahan "KKN" di Indonesia lebih dulu lengser (reformasi). Sedangkan di mesir "masih berlangsung pemerintahan ala Indonesia ORBA " sampai sekarang pemerintahan itu masih kuat, karena tamengnya adalah militer dan uang. Demokrasi hanya di bibir, semuanya dikontrol pemerintah, bahkan sampai organisasi keagamaan semacam Al-Azhar sekarang di bawah control penguasa Mesir.

Namun aku yakin pemerintahan itu nantinya akan berakhir seperti Indonesia, bahkan lebih parah, mengingat karakter orang mesir yang keras. Kran-kran kesadaran rakyat mesir sudah mulai terbuka. Tinggal menunggu momentum dan tokoh yang tepat saja.

Setelah dari Mesir sampai sekarang aku di Abu dhabi, ibu kota UAE, politik di sini tidak banyak dibicarakan bahkan tidak menarik minat penghuni Negara UAE, pemerintahan yang dipegang satu keluarga menemukan kepercayaan penuh rakyat UAE, seolah-olah "yang penting kami bahagia dari segi ekonomi ngapain ngurusin politik".

Tapi memang tidak terelakkan, bahwa praktek "KKN" juga ada, namun persentasenya sedikit sekali jika dibandingkan dengan dua Negara sebelumnya di mana aku tinggal. Terakhir aku berkesimpulan Selama di Negara itu masih dihuni manusia, praktek "KKN" itu pasti ada atau akan ada.

Kamis, 10 Desember 2009

Fenomena Lain

Ada juga sebuah fenomena islam, dulu pernah aku temukan di Indonesia dan Mesir, pun aku temukan di sini Abu Dhabi. Namun sebetulnya fenomena seperti ini memang sudah merasuk sebagian banyak ummat islam.

Ialah muslim yang hanya suka kulit tanpa suka pada apa isi di dalam kulit itu. Di sini ada beberapa contoh yang aku kira mewakili

Temanku di kantor, dia adalah seorang Bangladesh, biasa kita sebut banggali., dia sering mengaku bahwa "aku adalah muslim, bapakku mutowwak (seorang alim), dan aku tidak mau kepada hal-hal yang tidak diperintahkan OLEH ALLAH". Perilaku diapun di dalam kantor seperti orang yang memang mau berislam, seperti mendengarkan Al-quran, ketika dia ada masalah pasti dia bilang "Allah mauju (Allah ada)". namun anehnya dibalik itu, setelah saya bersamanya selama satu bulan, Sholatpun dia tidak pernah, padahal kita tahu bahwa Sholat adalah tiang agama. (As-sholatu imaduddin), bagaimana kita menyebut dia muslim wong sholatpun tidak pernah. Wajahnya seram keras,kaku (tidak sesuai dengan ajaran islam yang murah senyum). Kata-katanya tidak santun, ceroboh, meskipun kadang-kadang lidahnya sering mengeluarkan ayat-ayat al-quran (bukannya alquaran mengajari kita santun). DLL.

Kalau di Madura; asal bersorban saja sudah kyia, asal mendengarkan Al-Qur'an saja sudah taqwa. memang masyarakat yang suka sama kulit.

Ini adalah satu contoh dan contoh kecil dari sebuah fenomena jamak yang saya lihat di negeri ini. bukan hanya banggali, termasuk orang arab sendiri, mereka sudah biasa memakai surban yang beberapa kalangan meyakini adalah sunnah rosul,membawa tasbish, dll. tapi masalah tingkah laku, tutur kata dan kesopanannya, diluar dari sunnah rosul itu sendiri.

mungkin, bagi anda yang punya sobat, family bekerja di timur tengah, maka anda bisa tanyakan, bagaimana mereka? insyaallah akan sama dengan apa yang saya tuturkan.

Terasa, islam hanya sebagai komoditi untuk pengesahan bahwa aku benar, dia salah, aku sudah mengikuti sunnah rosul, mereka tidak. Aku masuk surga, mereka masuk neraka, aku sudah mendengarkan al-qur'an pasti masuk surga. Meskipun aku mencaci orang, meskipun aku berlaku kasar pada orang, meskipun aku tidak sholat, dll. Fenomena islam seperti inilah yang aku sebut islam tanpa biji.

Fenomena lain, banyak para rekan dan sahabatku bukan hanya indonesia yang tidak melumbar kata2 tentang agama, tapi kelakuannya sangat santun dan ramah, islam seolah-olah di sana, seperti ( dia sering menolong orang) (akrab menjalin silaturahmi) meskipun (sorry saja, jarang sholat) dll. Bukankah itu isi dari islam? Mengapa justru bolak-balik? Kita termasuk yang mana ya? Kalau aku sih milih dua-duanya islam kulit dan islam biji. fenomena ini memang Aneh…kayaknya 2012 memang betul kiamat ni!!!hahahaha