Malam jum'at di Negara-negara Arab layaknya malam minggu di Indonesia, senyum bahagia bisa istirahat setelah bekerja selama seminggu hadir menghiasi wajah. Begitu bahagianya menyambut akhir pekan.
Muda-mudi seperti biasanya, berjalan ke tepi pantai, pergi ke taman Cornice sambil bergandeng tangan, tertawa mesra di atas kursi taman, menandakan bahwa ada rindu tiap pekan, di mana aku dan kamu bisa pergi bersama dan berbagi cerita.
Sebagian juga ada yang ke diskotik, merayakan dengan sorak-sorai kegaduhan musik dan lampu disco. Berjoget mengikuti dentakan lagu keras. Minum alcohol, sambil bersulang chress…kemudia berucap I love honey.
Uniknya, tiap Negara ada diskotik masing-masing, tapi siapapun bebas bisa masuk ke tempat-tempat itu, hanya nama dan mayoritas pendatang di
Untuk orang
Rasa kangen keluarga, teman dan lingkungan bisa terobati dengan hidangan ala
Malam jum'at di Abu Dhabi lain halnya dengan malam jum'at di
Namun di sisi lain Saya Bangga, karena Di setiap malam jum'at ini, warga kampong desa saya selalu membaca yasin bersama-sama, berkelompok, mereka menamakan dengan "kolom jum'atan", sesuatu yang patut disyukuri dan saya kira perlu dilestarikan keberlangsungannya.
Awalnya saya membenci aktifitas ini, karena ini dianggap bid'ah. Tapi setelah saya mondok ditambah lagi pemahaman toleransi mazhab yang diajarkan Al-Azhar, saya kemudian bisa mengambil faedah dari acara-acara keagamaan seperti ini, salah satunya, tumbuh suburnya ruh keagamaan dalam diri warga, sehingga bisa menambah keimanan. Saya membayangkan kalau tidak ada kegiatan seperti ini, maka kegiatan keagamaan akan kering keronta, tak bernyawa.
Malam jum'at, di sini adalah malam bahagia, malam kasih sayang bagi mereka yang mempunyai pasangan. Tapi "apa artinya malam minggu, bagi orang yang tidak mampu, mau ke pesta tak tak mampu (rhoma irama)", tidak mampu di sini saya artikan bukan hanya tidak punya duit, tapi juga tidak punya pasangan.
Malam jum'at di mana saya hanya bisa memegang bantal guling…..hehehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar