Kamis, 07 Oktober 2010

Berbeda

Perbedaan adalah rahmat, demikian teks agama islam mengomentari tentang perbedaan. Perbedaan adalah sunnatullah, tidak menghargai perbedaan berarti kita menentang sunnatullah. Dalam perlbagai demensi kehidupan kita akan berhadapan dengan perbedaan.

Perbedaan dalam lingkup yang kecil, seperti di dalam keluarga. Sejak awal perkawinan suami istri sudah dianjurkan untuk saling melengkapi, menghargai, serta menoleransi sisi perbedaan ataupun kelebihan dan kekurangan di antara mereka, sehingga menjadi kesatuan yang menguatkan posisi sebagai keluarga yang siap menghadapi permasalahan.

Demikian juga ketika mereka sudah mempunyai keturunan, diantara buah hati tentu akan ada perbedaan baik dari tingkah laku, fisik serta kecerdasan anak. Disitulah tantangan keluarga untuk melatih anak-anak dalam perbedaan dengan didasari kasih sayang.

Perbedaan juga adalah sunnatullah. Aha…andai saja semua hal di bumi ini sama, betapa cepatnya dunia akan hancur, karena masing-masing orang akan mempunyai kehendak dan kemauan yang sama. Maka benar-benar dengan perbedaan itu, manusia antara satu dan lainnya saling menguatkan, saling melengkapi untuk membangun peradaban manusia.

Ada air, ada semen, ada batu bata. Masing-masing mempunyai kekuatan untuk memperkokoh rumah. Bagaimana kalau semuanya semen?, bagaimana kalau semuanya bata?rumah tidak akan tersusun kuat, dan dalam waktu pendek akan hancur.

Perbedaan tentunya tidak selamanya manis dan positif. Misalnya, perbedaan yang sudah melapaui batas norma masyarakat dan norma agama. Contohnya perampok, mereka berbeda secara profesi, akan tetapi pahit bagi masyarakat, dan menimbulkan efek negatif bagi Negara. Di sinilah perbedaan tidak diperlukan, karena terasa pahit.

Berbeda dalam komitmen dalam sebuah Negara, keluarga atau sebuah organisasi. Negara ini dibangun oleh sebuah kesatuan komitmen. Contohnya, antek penjajah. Sumpah pemuda adalah sebuah komitmen dari banyak kalangan pemuda untuk menyatukan bangsa. Naifnya, masihlah ada pemuda yang berbeda dalam berpikir dan berkomitmen, mereka lebih mementingkan uang dari penjajah ketimbang komitmen membangun bangsa.

Hal ini, sering terjadi juga pada keluarga dan organisasi yang kita ikuti. Mungkin karena sifat iri dan dengki dari salah satu keluarga, kemudian menghasut, menfitnah, sehingga komitmen membangun sebuah organisasi atau keluarga hancur, tentunya karena penghianatan komitmen tadi.

Semoga kita bisa berlatih untuk berbeda dengan dasar kasih saying dan menempatkan perbedaan pada porsinya.

Tidak ada komentar: