Kamis, 18 Maret 2010

(9) Talang Siring, Nile dan Corniche

*Kenangan Di pinggir Sungai Nile
Talang siring, sering saya curahkan masalah padanya, apalagi di saat sunset itu, meskipun tak begitu indah seperti pantai kuta atau pantai-pantai indah lainnya, paling tidak pantai ini sering mempengaruhi saya agar bisa memandang hidup secara terbuka, seperti ruang laut itu.

Di lain waktu, sering saya berhayal menghabiskan malam di tepi pantai itu bersama teman-teman, ingin ku ajak mereka. Tapi hayalan itu terhalang oleh suasana pantai yang tidak kondusif (maaf, . Padahal kalau dikondusifkan dan dimanfaatkan, pantai talang siring bisa menjadi indah).

Saya masih ingat,ketika masih kecil, betapa kami (mbak,adik,saya) senang sekali ketika diajak bermain ke talang siring pas hari minggu oleh Almarhum bapak. Perasaan gembira dengan ekspresi meloncat bahagia. "talang siring-talang siring" kami teriakkan berulang-ulang. Karena memang di pantai itulah kami merasa bebas, melihat alam lepas. Ketika itu pantai ini masih memiliki aroma alami.

Tapi, dalam beberapa tahun ini, saya mendengar dan melihat sendiri (karena saya pulang kampong tahun lalu), pantai itu sedikit tercemar oleh hal-hal kurang etis anak muda. Sayapun merasakan demikian, ada yang hilang dari pantai ini, yaitu kealamian dan kenyamanan.

Di sisi lain saya senang, karena ada kabar, lokasi talang siring akan segera direnovasi atau akan ditata ulang oleh pemerintah daerah. Saya harapkan perhatian pemerintah pamekasan tidak hanya "nga'anga' taen ajem" , atau omdo (omong doing). Namun diharapkan bisa mengembalikan citra, ketenangan dan kenyamanan pantai ini.

Talang siring, terletak di jalan montok, kecamatan larangan, kabupaten pamekasan. Kalau kita berjalan ke selatan sedikit, kita akan temukan jejeran pemakaman ummat kristen, dan candi (Budha) yang sangat unik sekali .

Sungai Nile, di sana saya sering merayakan persahabatan. Sungai yang dengan ketenangan airnya bisa membawa kita merasakan bahwa di sinilah peradaban manusia di mulai. Sungguh indah Nile itu , Keangkuhan Polusi siang tak bisa menghapus kejernihan airnya. Kejernihan itu semakin nyata ketika malam, Lampu-lampu modern itu melengkapi moleknya wajah Sungai ini

Irfan (Ust, Jack LC), saya, pak subhan (KH Subahn. LC), mas Agus Romli (KH. Agus Romli LC), berangkat lewat Metro (kereta bawah tanah) menuju nile. Tujuannya waktu itu naik perahu sambil goyang perut. Hari itu pas hari kamis malam jum'at pas sekali dengan hari libur orang mesir.

Tak heran, ketika sampai, orang begitu ramai, pemuda-pemudi bergandengan, suara musik Saad El-Saghir dengan ciri khas lagu rakyat mesir sudah terdengar dari tengah sungai di atas perahu.. Bahkan ada yang merayakan pernikahan di sana, di atas perahu. Melihat itu, kami tak sabar ingin segera naik untuk joget.

Deretan perahu yang parkir, membuat kami bebas memilih yang mana akan kami tumpangi, kami milih yang tengah. Di sana juga banyak pemuda-pemudinya, berharap nantinya suasananya akan asyik, penuh dengan tarian-tarian perut.

Mesin dinyalakan, perahu berjalan dan musik dimulai…seketika beberapa pemuda-pemudi mesir berdiri dengan semangat joget tari perut. Beberapa menit kemudian kamipun maju, diawali oleh pak subhan, irfan, saya dan mas agus. Kehadiran kami menghadirkan sesuatu yang lain buat pemuda-pemudi itu, entah karena joget kita lain (joget ngebor, dan joget gergaji), mereka senang, mereka ketawa melihat joget kami, dan persahabatanpun terjalin.

Sungai Nil, sungai terpanjang di dunia ini, meliputi tujuh Negara, namun karena negara yang paling maju dan kaya dari segi ekonomi dan sejarah adalah mesir diantara tujuh Negara itu, maka identiklah sungai Nile dengan mesir. Konon, kalau sudah sungai nile ini kering, maka itulah tanda kiamat sudah tiba.

Corniche Abu Dhabi, saya melihat kemoderenan di sini, pantai buatan hasil alat-alat canggih. Awalnya, pantai itu adalah lautan lalu ditumpuk dengan pasir dibuat daratan, kemudian sekarang menjadi pantai yang indah sekali dengan background gedung-gedung tinggi megah pencakar langit.

Beda dengan pinggiran Nile yang dipenuhi oleh perahu-perahu tradisional, di sini bertumpuk speed boat. Beda juga dalam hal kebersihan dan perawatan, perawatan di sini sangat intensif sekali, dua puluh empat jam. Rumput-rumput biru tertata rapi, sejajar. Pohon-pohon palem tumbuh dewasa membawa angina yang sejuk. Ini semua akibat dari kemoderenan. Kemoderenan yang terkadang terasa angkuh.

Hanya saja corniche tidak dapat menampilkan sisi sejarah apapun, kering akan sejarah, kecuali bukti nyata dari manusia, bahwa manusia sekarang sudah moderen. Bahwa manusia akan terus berkembang dengan akalnya.

Corniche, kosa kata yang berasal dari perancis yang artinya jalan di sisi tebing atau gunung. Ini bukan hanya terdapat di UAE, tapi juga di mesir, Saudi dan Lebanon

1 komentar:

agr mengatakan...

kakaka cerita gege', but kok ada KH nya itu kakakak..ditunggu lagi di nil, jelang musim panas hahaha