Selasa, 16 Maret 2010

(8) 3 Negara.

Tiap Negara pasti memiliki focus masing-masing dalam satu hal yang nantinya akan menjadi ciri dari setiap Negara itu, sudah banyak buku-buku yang membahas tentang ini, semisal mesir yang selama ini dikenal dengan alfu manaroh, karena banyak menara masjid menjulang dll. Kemudian saya mencoba dari sudut pandang pribadi, yang ditarik dari pengalaman saya selama tinggal di tiga Negara.

Di Negara dimana saya lahir,indonesia, focus public banyak di ranah politik, sehingga apapun itu bisa dijadikan senjata untuk berpolitik. Misalnya, dalam berapa puluh tahun ini yang marak adalah agama sebagai senjata politik untuk merebut kekuasaan.

Bisa kita bayangkan, agama yang murni, tanpa cacat dan tanpa salah pada siapapun bisa begitu gampang dipermainakan di Negara saya ini hanya demi kekuasaan dan ambisius kelompok masing-masing. Apalagi hal-hal non agama, pendidikan, kesehatan dll, ini semua bisa menjadi focus politik para politikus sesaat, janji kampanye-terpilih-lupa janjinya (saking kebanyakan). kalau menurut pendapat saya para politikus-politikus itulah yang banyak menghabiskan uang Negara. Untuk satu kasus saja sudah menghabiskan miliaran.

Kurang lebih sepuluh tahun, energi Negara saya banyak tersedot untuk urusan politik, padahal kalau focus pada urusan ekonomi, bukan mustahil dalam waktu sepuluh tahun itu urusan kesejahteraan rakyat akan membaik. Tapi sayang politikus (dalam hal ini wakil rakyat) itu malah bukan mensejahterakan rakyat tapi sibuk mencari ganti dari uang yang dihabiskan dari pencalonannya dulu.

Negara kedua bagi saya adalah Mesir. Di sini saya mengalami semacam tranformasi kepribadian dan wawasan. Negara yang memberi kebebasan wawasan dan pribadi bagi mahasiswa semacam saya. Kuliah gratis, mau aktif kuliah atau tidak terserah kita, mau pemikiran apapun juga ada tinggal milih buku semaunya, sudah tersedia, mau sholat atau tidak terserah. Mau jadi bajingan atau tidak, terserah. Kembali pada pribadi masing-masing.

Kondisi semacam itu bagi saya bukan sebuah kemunduran atau sebuah ketidak aturan bahkan saya jadika sebuat tantangan, bagaimana kita mengurus pribadi masing-masing di tengah alam alam bebas ini. Dalam kondisi ini saya merasa terntantang dituntut untu menjadi pribadi yang merdeka, berkarakter, tidak bergantung pada siapapun.

Mesir, memiliki focus pada "pembelajaran masyarakat" yang cukup tinggi. Tidak heran kegiatan dan sarana pembelajaran kerap kita temukan, bukan hanya di sekolah, tapi di mesjid-mesjid atau di kafe-kafe akan sering kita temuakan pembelajaran itu. Kalau di mesjid, semisal liqo' (semacam pertemuan, siapa saja bisa masuk, tanpa seragam atau tanpa buku, ustad menerangkan kitab). Kalau di kafe semisal diskusi dll.

Dalam hal fasilitas, pemerintah mesir mengucurkan dana besar-besaran untuk membuat program buku murah melalui (maktabah usroh) nya, misalnya, buku fenomenal "tahrirul mar'ah" karya qosim amin itu bisa kita dapatkan hanya seharga dua pond mesir, kalau kita kruss-kan 4000 rupiah, dan bukan hanya itu, karya-karya penulis barat juga diterjemahkan ke dalam bahasa arab yang kemudian bisa kita beli dengan harga yang cukup murah. saya kira inilah proyek fenomenal pemerintah mesir yang perlu diacungi jempol.

Tidak puas dengan mencetak buku-buku murah, pemerintah mesir melanjutkan dengan jor-jor-an iklan dengan Slogan "al-qiraoah lil jami'" membaca untuk semua. Tokoh utama dalam proyek ini yaitu ibu Negara mesir "suzan Mubarok" yang memanf dikenal dengan kegiatan2 sosialnya.

Urusan politik di mesir sangat tertutup dan memang harus tertutup, apalagi mahasiswa asing seperti saya, jangan coba-coba ngomong politik. Pemerintah memang membungkam kran-kran politik agar tidak terusik kekuasaannya.

Sekarang saya berada di UAE (united arab emirates), Negara yang penuh dengan ambisi ekonomi. Energi Negara ini tercurah pada ekonomi, proyek-proyek raksasa yang fenomenal telah dan sedang dirancang. Bukti nyatanya, burj dubai (dirubah menjadi Burj Khalifah) yang diresmikan bulan kemarin. Gedung yang saat ini sedang memuncaki gedung tertinggi di dunia.

Namun tidak lama lagi, gedung itu akan terkalahkan oleh Nakheel Tower yang masih dalam tahap pembangunan di dubai. Coba ketik di google kemudian anda tulis "gedung tertinggi di dunia" maka akan anda lihat proyek-proyek gedung tinggi dubai akan berada di tiga teratas dari sepuluh gedung tinggi di dunia.

Urusan politik dan pendidikan di sini memang tidak terlalu ramai, karena seolah-olah rakyat sini tidak butuh politik, mereka sudah terlalu nyaman dengan limpahan uang dan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah. Namun juga ada sisi negatifnya, yaitu minimnya wawasan dan kekreatifan penduduk sini dalam segala sisi, mereka sudah biasa dimanja dengan sistem dan fasilitas yang beigitu nyaman, sehingga lupa akan pembelajaran.

Kalau seandainya, anda dalam posisi pemilih, anda memilih yang mana, milh focus ekonomi,rakyat sejahter tapi kering wawasan dan kekreatifan? Atau anda punya wawasan yang luas, tapi dengan ekonomi dan politik yang kering? Atau anda punya wawasan pembelajaran politik yang meriah, tapi kering ekonomi ?

Tidak ada komentar: