Sabtu, 09 Oktober 2010

Masa Peralihan

Tiga belas tahun, ya selama tiga belas tahun saya keluar dari rumah dan desa ini. Mungkin hanya sesekali saja saya mudik, itupun ketika liburan dan dalam momen2 tahunan tertentu. Awal perjalanan setalah lulus SD (Sekolah Dasar) di mulai dari “Asrama Sekolah” di SLTP Muhammadiyah 1 Pamekasan. Tiga tahun tinggal di sana, walaupun dekat, tapi aturan dan kegiatan asrama tak memperbolehkan saya lantas bebas pulang tiap hari.

Di asrama, saya diarahkan untuk menjadi kader Muhammadiyah yang baik dengan segala kegiatannya. dari situ juga saya merasakan masa peralihan, dari anak desa menjadi anak kota, dari masa permainan ke hal yang sedikit lebih serius, dari masa bersama family ke kesendirian yang terkadang terselimut kerinduan pada keluarga, tak heran jika saya sering menangis pada masa-masa itu.

Kemudian, persinggahan kedua adalah PP AL-AMIEN PRENDUAN. Pada masa ini sangat berat sekali. Bahkan saya sempat membenci almarhum bapak karena beliau selalu memaksa saya untuk mondok. Oh…mengingat itu (maafkan ibnu bapak). “Kamu Mati di Pondok ini saya ikhlas cong, tak ada pilihan lain buat kamu selain mondok” ucap bapak ketika saya hamper tiap hari menelpon untuk mengadu sama ibu karena tidak kerasan. Saya mondok lima tahun dengan pengabdian.

Di pondok ini, saya diarahkan untuk menjadi muslim yang baik, muslim yang toleran, muslim lintas mazhab, muslim yang menekankan islam sebagai rahmatan lil alamin, muslim yang tidak gaptek dan kuper, muslim yang modern. Awal pertama, saya mengalami masa transisi itu, dari pergaulan lingkup kecil menjadi lebih luas, dari semi disiplin menjadi high disiplin dengan pengawasan dari peraturan dan ketatnya pengawasan dari pengurus pondok, dari banyak ketidak tahuan diri menjadi tahu diri, sesekali saya menjadi idealis. Tapi yang terpenting di sini, saya lebih tahu arti hidup di sini, di pondok ini, baik dengan membaca atau mendengar tausiah dari kiai.

Tangga hidup selanjutnya adalah Cairo Mesir, Al-Azhar University. Tahap ini saya anggap sebagai tahap pematangan. Sebaliknya, tidak ada kesedihan apapun ketika saya mau kuliah ke kairo. Saya merasakan nikmatnya merantau, saya merasakan apa yang saya benci dulu “mondok” dalam artian belajar hidup, belajar mandiri. Apalagi ini luar negeri…hu…senang sekali.

Alhamdulillah, kuliah berjalan dengan mulus dan bisa lulus tepat waktu. banyak pengalaman menarik di mesir, pengalaman bersosialisasi dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai negara, pengalaman akademik dan ritual, seperti bagaimana saya pernah kena tipu tiket laga Ahly Vs Barcelona oleh teman sendiri orang mesir, bagaimana berinteraksi dengan teman-teman dari kulit benua hitam (afrika), ada juga sedikit pengalaman cinta di sana, tapi selalu kandas..hehehe. semua itu membuat saya merasa lebih matang menjalani hidup.

Loncatan selanjutnya adalah Abu Dhabi. Beberapa bulan setelah wisuda di Cairo, saya berangkat menuju Abu Dhabi, bukan melanjutkan kuliah, tapi untuk bekerja. Pekerjaannya sebagai staff office di sebuah CV real estate di Abu Dhabi. Kesan pertama, saya bertemu dengan seorang wanita lebanon yang sangat ambisius sekali, perawan tua, temperamental, perokok berat. Salah satu pesan dia ke saya “ibnu,jangan kau mempercayai orang seratus persen sisakan sepuluh persen untuk tidak mempercayainya.” Hu…dia biasa kita panggil miss Claire.

Dua kali pindah kantor dan selama satu tahun setengah saya bekerja di UAE. Kantor kedua di typing service, melayani pembuatan visa dan pelbagai kartu izin bekerja di UAE dengan bos utama dari Seorang yang baik bernama Abu Fahad. Loncatan hidup ini membawaku menemukan sesuatu hal yang baru, dunia baru yaitu dunia kerja. Dunia yang terkadang tidak menghiraukan perasaan dan kemanusiaan, yang ada hanya untung dan rugi. Kau menguntungkan menjadi teman, kau merugikan tak ada hubungan.

Di dunia baru ini, saya mengalami beberapa perubahan, bisa dibilang 180 derajat berubah. Dari sebelumnya meminta uang, kini bisa saya dapat sendiri, dari sebelumnya dikirim uang kini mengirim uang, dari semula irit menjadi sedikit longgar, dari semula jarang lebih uang, ketika itu uang di tangan, uang tiap hari ada, bisa dibilang kehidupan bertolak belakang dari kehidupan ketika menjadi mahasiswa di mesir.

Pulang kampong, sejak awal bulan ramadhan saya back to kampong.kepulangan ini karena Desakan keluarga terutama ibu untuk segera pulang. Awalnya saya santai menanggapi desakan ini, tapi dalam perjalanan pulang dari bandara menuju rumah saya baru tahu sekaligus terkejut bahwa saya sudah di plot sama ibu agar tidak kembali, jangan merantau lagi ke luar negeri.

Selama bulan puasa, saya bingung dengan beberapa permasalahan, yang paling tidak nyaman ketika memikirkan kontrak professional yang belum selesai di UAE. Kontrak yang seharusnya saya harus tepati, tapi bagaimanapun setelah saya pertimbangkan, saya lebih memilih ibu ketimbang kontrak itu apapun resikonya, seperti ban (hukuman,larangan tidak boleh masuk UAE lagi selama beberapa tahun) dll.

Masalah lainnya, berkaitan dengan perobahan gaya hidup. Dulu ketika di UAE, pemasukan dan pengeluaran berimbang bahkan lebih, kini di kampong ini pengeluaranlah yang dominan. Dulu, kebutuhan apapun dapat dengan mudah saya beli, tapi kini, saya harus mengirit, saya harus menghemat. Maka saya harus lebih bijak dalam menghadapi masa pancaroba itu semua.

Kini, saya akan menetap di kampong ini, untuk kegiatan sementar menjadi petani tomat, bersama keluarga dengan senang, dengan gembira. Ibu selalu bilang “Dinah cong makeh ngakan gengan maronggi kor apol-kompol sakeluarga”–biarlah cong, walaupun makan sayur maronggi (sayur gratis di madura)di sini, tapi kita selalu berkumpul sekeluarga itu sudah nikmat-

Kamis, 07 Oktober 2010

Berbeda

Perbedaan adalah rahmat, demikian teks agama islam mengomentari tentang perbedaan. Perbedaan adalah sunnatullah, tidak menghargai perbedaan berarti kita menentang sunnatullah. Dalam perlbagai demensi kehidupan kita akan berhadapan dengan perbedaan.

Perbedaan dalam lingkup yang kecil, seperti di dalam keluarga. Sejak awal perkawinan suami istri sudah dianjurkan untuk saling melengkapi, menghargai, serta menoleransi sisi perbedaan ataupun kelebihan dan kekurangan di antara mereka, sehingga menjadi kesatuan yang menguatkan posisi sebagai keluarga yang siap menghadapi permasalahan.

Demikian juga ketika mereka sudah mempunyai keturunan, diantara buah hati tentu akan ada perbedaan baik dari tingkah laku, fisik serta kecerdasan anak. Disitulah tantangan keluarga untuk melatih anak-anak dalam perbedaan dengan didasari kasih sayang.

Perbedaan juga adalah sunnatullah. Aha…andai saja semua hal di bumi ini sama, betapa cepatnya dunia akan hancur, karena masing-masing orang akan mempunyai kehendak dan kemauan yang sama. Maka benar-benar dengan perbedaan itu, manusia antara satu dan lainnya saling menguatkan, saling melengkapi untuk membangun peradaban manusia.

Ada air, ada semen, ada batu bata. Masing-masing mempunyai kekuatan untuk memperkokoh rumah. Bagaimana kalau semuanya semen?, bagaimana kalau semuanya bata?rumah tidak akan tersusun kuat, dan dalam waktu pendek akan hancur.

Perbedaan tentunya tidak selamanya manis dan positif. Misalnya, perbedaan yang sudah melapaui batas norma masyarakat dan norma agama. Contohnya perampok, mereka berbeda secara profesi, akan tetapi pahit bagi masyarakat, dan menimbulkan efek negatif bagi Negara. Di sinilah perbedaan tidak diperlukan, karena terasa pahit.

Berbeda dalam komitmen dalam sebuah Negara, keluarga atau sebuah organisasi. Negara ini dibangun oleh sebuah kesatuan komitmen. Contohnya, antek penjajah. Sumpah pemuda adalah sebuah komitmen dari banyak kalangan pemuda untuk menyatukan bangsa. Naifnya, masihlah ada pemuda yang berbeda dalam berpikir dan berkomitmen, mereka lebih mementingkan uang dari penjajah ketimbang komitmen membangun bangsa.

Hal ini, sering terjadi juga pada keluarga dan organisasi yang kita ikuti. Mungkin karena sifat iri dan dengki dari salah satu keluarga, kemudian menghasut, menfitnah, sehingga komitmen membangun sebuah organisasi atau keluarga hancur, tentunya karena penghianatan komitmen tadi.

Semoga kita bisa berlatih untuk berbeda dengan dasar kasih saying dan menempatkan perbedaan pada porsinya.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Seandainya


Andai-andai pertama adalah Syeikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum menjadi Presiden dari negeri ini, atau paling tidak menjadi gubernur Madura, kalau seandainya Madura menjadi provensi. Tidak terbayang moderenitas yang akan beliau bangun, mungkin akan menjadi megah melebihi dubai atau Negara-negara arab teluk sekarang.
Bukti nyata dari visi beliau adalah Dubai (http://en.wikipedia.org/wiki/Dubai). Dubai yang beberapa puluh tahun silam masih berupa hamparan pasir, sekarng sudah menjadi kilauan dunia modern arab. Bangunan-bangunan ataupun pariwisata yang mereka bangun menjadi santapan para bintang Hollywood. Tidak berlebihan kan kalau saya berandai demikian, apalagi Indonesia bukan hamparan pasir, Indonesia adalah lautan bumi indah yang segalanya menjadi potensi kemoderenan.
Sumber Daya Alam tidaklah sekaya Indonesia, Dubai yang beliau pimpin bukan kaya dari minyak dibanding Negara-negara arab lainnya. Kalau kita bandingkan dengan Indonesia, Indonesia bukan hanya kaya minyak tapi kaya akan segalanya, ada gas,mas, kekayaan maritim dll. Huh..entah akan disulap seperti apa jika Indonesia berada di tangan beliau. Pasti akan dahsyat.
Pariwisata adalah andalan dubai untuk saat ini. Tak heran, jika salah satu televise china mewancarai beliau dan bertanya “mengapa anda selalu memungkinkan hal-hal yang tidak mungkin?.” Pertanyaan itu mungkin berdasar atas objek pariwisata yang memang bukan aslinya, semuanya hasil karya alat-alat berat modern, sehingga bisa mengubah padang pasir menjadi seperti Palm Jumairah (Apartemen di tengah-tengah lautan), burj dubai dll.
Bayangkan kalau pemikiran-pemikiran macam itu diletakkan di Indonesia, Indonesia yang memiliki ratusan objek pariwisata, Indonesia yang beraneka macam budaya, akan menjadi apakah Indonesia? Yang pasti, Indonesia akan menjadi Negara majikan yang akan mempekerjakan orang dan bukan Negara pembantu atau kuli yang hanya akan disiksa dan diperkosa.
Sosok syeikh Maktoum sangat familiar (http://www.sheikhmohammed.co.ae), bagi saya beliau merupakan wujud nyata dari “Manusia Modern Yang tak lupa kulitnya”. Apalagi setelah membaca buku beliau, hal itu menambah apresiasi  saya atas beliau. Beliau bisa gaul, dan juga bisa tegas. Makan bersama rakyat dengan tradisi arab merupakan hal yang biasa buat beliau, beliau juga seorang “Penggila sekaligus Olahragawan Balap Kuda,” konon beliau memiliki beberapa area pacuan kuda di luar dubai.
Visi beliau sangat terlihat sekali dari beberapa wawancara dengan beberapa stasion televisi: I want to be number one, not only in this area but in the world. Bahkan oleh salah satu pengamat beliau di sebut orang “ambition without limit”. Sepertinya di dalam pikiran beliau tidak ada sisi negative di dunia ini, seperti kemustahilan, semuanya serba mungkin, semuanya serba bisa kita lakukan, asalkan dengan usaha dan kerja keras. 

Rabu, 23 Juni 2010

14) Syeikh Ahmad Bin Zayed Al Nahyan

*ini adalah tulisan lawas 27/03/2010

Rupanya pencarian itu masih belum menemukan hasil yang berarti. Menurut informasi pencarian terhambat karena tingginya air akibat lebatnya hujan. Itulah kabar terakhir dari Saudara termuda presiden United Arab Emirates, Sheikh Khalifah Bin Zayed.

Seperti banyak diberitakan , pada hari jumat 26/03/2010 beliau mengalami kecelakaan udara setelah pesawat yang ditumpanginya jatuh ke danau dekat ibu kota maroko rabat. Pilot pesawat berhasil ditemukan dengan selamat.


Pada hari kejadian, Abu Dhabi langsung mengirimkan Tim pencarian dan investigasi, bekerjasama dengan tim pencari dari maroko dan tim international. Saksi mata yang kebetulan adalah masyarakat setempat yang berprofesi sebagai pemancing diikut sertakan dalam pencarian.

Sheikh Ahmad Bin Zayed Al Nahyan dikenal sebagai Dewan Pengawas Zayed Fondation, Yayasan milik keluarga bin Zayed yang akti dalam bidang bantuan kemanusiaan. Beliau juga dikenal sebagai Managing Director ADIA (Abu Dhabi Investment Authority). Tahun lalu nama beliau termasuk orang ke 27 yang paling berpengaruh di dunia versi majalah forbes.


Selama ini, keluarga kerajaan atau keluarga Zayed (Penguasa UAE) belum mengeluarkan pernyataan apapun. Koran lokalpun begitu, nampaknya sangat hati-hati sekali memberitakan masalah yang tentu sangat sensitive sekali bagi keluarga Zayed ini.
Di Koran Al-Ittihad Misalnya, Koran ini hanya memberitakan bahwa korban masih belum ditemukan, dan berlangsung pencarian. Di bawah berita itu, tertulis doa-doa dari pembaca, mendokan agar beliau cepat ditemukan dalam keadaan selamat.


Begitu juga di Koran-koran lainnya, baik yang berbahasa arab dan inggris, semisal al-bayan (berbahasa arab) al-Watan, Gulf News (bahasa inggris ), The Nation, Khalij Time. Sepertinya mereka kompak tidak terlalu jauh mengusut hal-hal lain dari kecelakaan ini.
Ada pelajaran yang bisa diambil dengan kehati-hatian pemberitaan media-media di UAE ini. yaitu, Walaupun tentunya keluarga Zayed (penguasa) harap-harap cemas, namun tidak membuat masyarakatnya ikut cemas. Dengan begitu aktifitas di UAE tetap berlangsung, dan tim di lapangan di Maroko pun juga bisa berkonsentrasi dalam pencarian.

Sayapun turut berdoa untuk beliau, semoga ditemukan dalam keadaan selamat. amien...

Selasa, 13 April 2010

17) Enaknya Jadi Minoritas


Benar apa yang dikatakan pepatah arab itu "bahwa barang yang sedikit akan mahal harganya". Dalam posisi ini saya adalah minoritas dari mayoritas warga asia selatan yang terdiri dari India, Bangladesh, Pakistan. Lingkupnya tidak luas, hanya di dalam warung kecil sederhana milik orang India, Nama Warungnya "Ras-al-khaima".

Setiap kali saya masuk kesana, para pelayan dengan mudah mengenal dan kemudian menyapa dengan akrab. "hello, can I help you please". sapaan semacam itu tidak diperoleh selain saya sendiri, perkiraan saya, ya itu tadi karena saya adalah minoritas dan gampang dikenali karena sedikit.

Setelah mereka menyediakan kursi di meja di mana saya akan duduk(macam di restaurant aja), mereka kemudian menanyakan apa menunya. Setelah saya menyebutkan menu, dengan segera mereka akan menyiapkan, dan dapat dipastikan, jika ada pengunjung datang bersamaan dengan kedatangan saya, sayalah orang pertama yang menyantap makanan.

Pernah di suatu hari, ada seorang protes. "Kenapa kok mendahulukan dia, sayakan datang lebih dulu dari dia". Merasa tak nyaman, mata saya mencari bos warung ini yang lagi duduk di meja kasir. Eh si bos malah mengerdipkan mata, sambil memberikan isyarat "udah jangan pedulikan orang itu". Saya pun kembali menatap nasi byriani dan chiken goreng yang sudah siap dilahap ini dengan perasaan tenang, tanpa memperdulikan orang yang protes itu.

Di dekat pintu, saya berbisik ke pelayan itu, 'kapan-kapan janganlah kau mendahulukan saya lagi". Dia kemudian tersenyum meletakkan tangannya ke pundak, seperti sahabat yang sudah kenal baik "jangan khawatir, kamu adalah sahabat kami, kami senang melihat anda, satu-satunya orang Indonesia yang makan di restorant ini". Jawabnya. Saya pun membalasa senyumnya dengan mengucapkan terima kasih….

Masing-masing personel punya pengalaman, baik menjadi bagian dari mayoritas atau minoritas, saya teringat tulisan Ulil Abshar ketika dia bercerita bagaimana menjadi minoritas di negeri yang meyoritas penduduknya non muslim. Di mana minoritas yang begitu dihargai, sebagai spirit bahwa minoritas perlu dilindungi Hak2nya.

Tapi yang saya alami, bukan di sebuah Negara, tapi di sebuah warung kecil, dimana Orang asia selatan sering mengisi perutnya. Perlakuan istimewa tidak hanya dalam pelayanan secara express, tapi juga saya dapatkan dalam menu makanan. Mereka sering menambah dari apa yang saya minta.

Misalnya, pernah suatu kali saya memesan beef fry komplit dengan salonah. Namun yang dikasih beef fry komplit dengan salonah ditambah satu telor dadar. Saya melihat ini santai saja, saya piker mungkin pelayan salah dengar pesanan, atau mereka nanti akan menambahkan harga.

Sehabis makan, saya cuci tangan, kemudian langsung ke kasir. Seperti biasa saya memulai basa-basi dengan si bos, saya sapa dengan bahasa Urdu "Kya hale?(apa kabar)" sambil menggeleng2 kepalanya si bos menjawab "tike", saya yang hanya tahu beberapa kalimat urdu langsung merubah haluan obrolan memakai bahasa inggris.

Dan memang orang India, lebih senang dibahasa inggri-si daripada bahasa arab, entah mengapa, mungkin karena inggris pernah menjajah mereka kemudian menjadi sekutu, atau ingin memperlancar bahasa inggris mereka, entah kurang tahu. Tapi yang jelas ini adalah tips pribadi saya, kalau mau menyenangkan mereka (orang India yang kelas menengah ke bawah), pakailah bahasa inggris.

Setelah merasa cukup basa-basi, saya kemudian menanyakan harga. "Tujuh Dirham" ucapnya. Terkejut sekaligus lega, karena saya sudah mendapat bonus. Coba misalkan saya orang India atau Bangladesh atau Pakistan yang mayoritas, tak mungkin akan mendapatkan pelayanan dan harga semacam ini, tapi karena saya minoritas. "selamat merayakan minoritas" gumam saya dihati.

Sabtu, 10 April 2010

16) Kontroversi Sarung di Sharjah

* Foto Di ambil dari GulfNEWs

Pagi hari, diwaktu membuka Koran-koran lokan UAE, kebetulan yang pertama kali saya buka GULF NEWS, saya melihat gambar orang asia selatan bergerombol memakai sarung dan membaca judul dari berita itu " Sharjah bans South Asian attire lungi in public". Saya terkejut, "Lungi" kan bahasa India, kalau bahasa indonesianya sarung. Kalau bahasa urdunya kalau gak salah ingat "shahbat". kenapa kok di larang, saya penasaran dalam hati.

"Saya baru beberapa hari keluar dari kantor polisi, karena mengenakan "lungi" atau sarung di depan umum" ungkap sumber berita.

Kemudian dia mengeluh " Mengapa saya kok ditangkap, sedangkan pakaian saya ini menutup semua badanku dengan rapi dan bersih".

Sedangkan Dari pihak berwajib sendiri masih ambigu, karena tidak disertai penyebutan secara khusus bahwa pakaian lungi (sarung) adalah termasuk pakaian tidak senonoh. Di perturan cuman disebut bahwa "pakaian tidak sopan atau tidak senonoh dan terbuka dilarang".

"Sharjah Police maintain that indecent and revealing clothes are not allowed in public. "The decency law was implemented in Sharjah ten years ago," an officer said."

Membaca kontroversi sarung ini memang menggelikan , karena saya sendiri memakai sarung dan sarung merupakan salah satu pakaian tradisi Indonesia. tapi selama di UAE saya memakainya di dalam rumah saja. Mungkin juga ini memerlukan opini masing-masing pribadi orang terhadap sarung. Seperti disebutkan, satu-satunya alasan mengapa pakaian ini dilarang dipakai di depan public adalah karena dianggap "kurang sopan" , "tidak Senonoh". Bagaimana kalau menurut anda? tentu akan berbeda pendapat juga.

Kemudian saya lanjutkan dengan membaca komentar-komentar dari berita itu, komentarnya sangat beragam, ada yang setuju, ada yang jijik dengan sarung, tapi ada juga yang menengahi, seperti komentar yang datang dari orang india : "saya memakai sarung juga, tapi saya cuman pakai di dalam rumah saja, tidak ke public. Saya kira, kita harus mematuhi peraturan atau budaya dimana kita tinggal"

Setahu saya,Bagi orang arab pakaian Ini tidak senonoh, karena konon, pakaian sarung ini identik dengan pakaian kalau mau "ngutuk" (berhubungan badan), intinya, pakaian ini punya kesan negative bagi orang arab.

Sharjah adalah salah satu provensi di UAE. Saya sendiri setuju dengan penerapan pelarangan ini, karena kalau memang sarung dipandang tidak senonoh atau tidak sopan oleh pemerintahan UAE, kita harus menghormati peraturan itu.

Ternyata pemakaian sarung masih belum ramah di lingkungan International ya...,heheheh

Jumat, 09 April 2010

15) Ketidak PD-an terhadap Bahasa Sendiri

Ketika di negeri saya, Indonesia, dari dulu hingga sekarang banyak pondok pesantren berlomba-lomba meningkatkan kualitas bahasa arab. Maka di arab sebaliknya, mereka seolah-olah berlomba untuk mentidak pd-kan bahasa mereka sendiri.

Di arab, khususnya abu dhabi, mempunyai bukti nyata dari fenomena itu, yaitu dengan berkembang dan tumbuh suburnya sekolah-sekolah asing yang mengajarkan bahasa asing, inggris-perancis serta lainnya. Sedangkan di sisi lain, bahasa arab mengalami penurunan yang sangat drastis sekali.

Bicara bahasa arab, ada dua: pertama bahasa fushah (resmi), kedua bahasa Ammiyah (pasaran). Kalau melihat bahasa arab kedua, memang cukup banyak dipakai oleh bahasa arab sendiri. Nah inilah menurut saya satu-satunya peninggalan bahasa arab itu. Kalau membahas bahasa fushahnya, sudah sangat minim sekali orang-orang arab ngomong pakai bahasa fushah, bahkan banyak dari mereka tidak mengerti bahasa fushah itu.

Ibarat di Indonesia, bahasa Indonesia banyak dilupakan orang, karena mereka lebih senang dan bangga dengan bahasa inggris atau bahasa lainnya. Ngomong pakai bahasa daerah itu sudah biasa, karena dari lahir orang tua sudah bicara pakai bahasa daerah. Tapi ya itu, mereka tidak pernah memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, mereka lebih senang pakai bahasa asing itu.

Bahkan banyak perusahaan-perusahan kecil di UAE, yang bosnya sendiri orang arab asli, tapi mewajibkan atau paling tidak mensunnahkan pegawainya pake bahasa inggris. Inikan namanya orang dalam mengikis bahasa sendiri.

Ada teman saya dari Syria, membawa teman yang ingin membuat Curriculum Vitae. Setelah duduk di depan saya.

teman teman saya itu bilang "tolong bikinin surat CV dong" sambil menyerahkan card identity-nya ke saya.
Saya balik bertanya. Mau pakai bahasa apa nih? "Arab" jawabnya.
Kemudian teman saya itu protes "wah, bahasa inggris aja. Sekarang dimana-mana bahasa inggris"
"Gak papa bahasa arab juga" kata saya, kemudian melanjutkan. "Inikan Negara arab, kamu juga orang arab"
"gak bisa" teman saya yang satu itu kembali protes "perusahan-perusahan sini sudah makai management inggris semua"
Tanpa terpengaruh omongan saya, teman teman saya itu kemudian menyerah "ya udah deh bahasa inggris aja".

Saya coba mereka-reka, mungkin alasan mereka yang senang memakai bahasa asing adalah begini "Di Arab-kan banyak pekerja asingnya, mereka gak ngerti bahasa Arab, mereka cuma mengeri bahasa inggris, jadi saya pakai bahasa inggris"

Alasan itu saya kira tidak logis, mengapa bahasa arab yang harus mengalah kepada bahasa asing, seolah-olah bahasa arab kurang berharga dari bahasa asing. Kalau bisa mereka harus dipaksa secara lingkungan agar mereka mau belajar dan memakai bahasa arab, misalnya dengan mewajibkan pegawai berbahasa arab. Dengan begitu, saya kira bisa menunjukkan bahwa nilai jual bahasa arab, tidak lebih rendah dari bahasa lainnya.

Namun tidak terelakkan, ada sisi positifnya juga. Dengan fenomena mengasingi-sasi bahasa ini membuat Negara arab lebih bisa mengaktualisasi wacana dengan bebas dan luas, karena seperti yang sudah dikenal sejak zaman dulu,Orang arab adalah orang fanatic terhadap suku, ras, budaya sendiri.

Hasilnya- beberapa tahun belakangan ini memang arab tidak lagi fanatic buta, dengan menutup mata dengan dunia luar. Meraka malah ikut andil dalam sector-sektor ekonomi dunia. Walapun pengaktualisasian itu sering kelewatan.sampai-sampai mereka tidak bangga dengan bahasa-nya mereka sendiri.

Contoh kecil dialog saya dengan teman saya itu adalah akibat dari pengaktualisasian yang kelewatan, itu adalah sebagian fenomena yang sekarang dirasakan oleh para elit bahasa arab di negeri-negeri arab. Mereka khawatir kalau bahasa arab bisa hilang sama sekali, Kekhawatiran itu terbukti dengan munculnya banyak seminar yang membahas tentang masa depan bahasa arab di tengah-tengah bahasa asing, tentu bahasa arab yang fushah.

Sabtu, 27 Maret 2010

12) Berhenti Mensucikan Arab

Setiap pelajaran Agama Islam di SD, dan Setiap pelajaran Tarikh Islam di Madrasah, sering saya berkhayal, arab adalah tanah gersang tapi damai, penuh jejak-jejak nabi, banyak onta, terhampar fatamorgana, orangnya berjenggot memakai jubah dan surban (seperti ditampilkan sebagian jemaah haji Indonesia ketika pulang haji), hidupnya nomaden, wanitanya memakai jilbab, orangnya semua baik, dermawan, semua hafal Al-Qur'an, Semua Hafal hadist, dan apapun yang berhubungan dengan Mekkah pasti baik, pasti suci, pasti islam dll.

Sampai waktu SMP, khayalan ini masih tetap menjadi acuan saya memandang arab. Ketika pulang dari mekkah, ibu saya membawakan oleh-oleh jam tangan, di waktu itu saya merasa gembira sekali, weihh jam dari mekkah, saya gembira, saya pertontonkan jam itu di depan teman-teman, berharap mereka bertanya, darimana jam itu? Dengan sigap saya akan jawab Mekkah. Trend barang-barang mekkah memang menjadi magnet tersendiri ketika zaman itu.

Tak heran di zaman itu juga mekkah menjadi kalimat komersil pelaris, banyak orang jualan obat di pasar, mengaku ini obat dari mekkah atau arab. Atau ini jimat dikasih habib dari mekkah, atau ini bacaan dapat dari mekkah dll, bahkan banyak yang mengaku habib, asal hidung mancung aja. Keistimewaan mengaku habib ketika itu adalah dihormati oleh masyarakat setempat. Jokenya, "kalau sudah ada habib-makanan apapun di dalam rumah dikeluarkan, apapun dawuhnya dipatuhi". Memang sebagian Habib benaran, tapi mayoritas yang ngaku-ngaku seperti itu adalah palsu.

Lima tahun ditakdirkan tinggal di negeri arab, Terheran-heran, ternyata khayalan itu jauh tertinggal, khayalan saya ternyata di zaman rosululloh, dimana Arab belum tahu apa yang namanya modern.

Zaman sekarang, Onta sudah bukan alat transportasi tapi alat Promosi Negara arab, padang pasir bukan lagi menjadi jalan, tapi sudah menjadi tanah proyek apartemen atau mall-mall besar, hotel-hotel berbintang.

Cara hidupnya bukan lagi nomaden, tapi resident, duduk diam mempunyai banyak pembantu, menimbun lemak. Pedang bukan lagi bawaannya, tapi uang dari hasil penjualan minyak pemerintah.

Wanita bukan juga berjilbab atau bercadar ikhlas seperti yang saya khayalkan, tapi hijab sebagai tradisi atau desakan hukuman.

Khayalan itu berubah dengan realita. Ternyata kita tidak lebih buruk dari arab dan arab tidak lebih baik dari kita. Arab bukan berarti Islam, Islam bukan Berarti Arab. Tapi banyak hal yang bisa kita ambil dari meraka.

Zaman memang sudah berubah. Jadi, hentikanlah mensucikan atau mengislamkan Arab.

Kamis, 25 Maret 2010

11) Sate/Nasi pecel, Tha"miyah bil-bait, Biryani

* Foto : Nasi Biryani

Di Indonesia, saya punya dua makanan kesukaan. Pertama, Sate, kedua, Nasi Pecel. dari kecil saya sudah merasakan kenikmatannya. Sejak kelas satu SD, sayapun sudah bisa merasakan kapan pecel itu enak dimakan. Di pagi hari, itulah waktu cocok untuk pecel. Nenek saya hafal kebiasaan ini, terbukti ketika kemarin saya pulang, dan saya menginap di rumahnya, pas jam 06.00 Nasi itu sudah tersedia di atas meja makan. Pulang dari masjid, nenek sudah menunggu di ruang tamu, kemudia dia mengabari, "nasi pecelnya di atas meja".

Ucapan itu, sungguh mengembalikan kenangan masalalu hadir. Dulu, setiap kali habis mandi ,nenek membantu memakaikan baju seragam SD, kemudian mengantarkan kemeja makan atau keruang tamu, dipastikan pecel sudah tersedia. teringat itu, Seketika saya mendekati nenek, saya cium tangannya, sambil berkata dalam hati, "Terimakasih atas Semuanya Nek".

Sate,makanan ini enaknya di waktu malam. Mungkin karena dulunya Al-marhum bapak sering lembur dan pulang malam,beliau selalu membawa oleh-oleh sate.Terus jadi kebiasaan, bagi saya makan sate enaknya pas malam. Kebiasaan ini mbak dan ibu yang tahu. Jadi ketika ibu atau mbak pergi belanja ke pamekasan (kota) di malam hari, hampir dipastikan mereka tak lupa membawah oleh-oleh itu.

Di Mesir, Tha'miyah bil bait bisa dikatakan makanan favorit, makanan penuh kenangan di masa kuliah. Makanan yang dibungkus dengan "aisy" roti khas mesir, di dalamnya ada banyak campuran, Tha'miyah + dedaunan+telur+ada juga cairan terbuat dari tepung. Tha'miyah ini bagi saya bisa dimakan kapan saja, tak butuh waktu. Lapar datang, langsung sikat.

Teringat ketika makan pertama kali, dibawa oleh seorang senior di kairo ke warung rakyat mesir. Langsung disuguhi makanan ini, pertama lihat "woh ini kok kayak makanan kambing di kampong saya, daunnya dibiarkan begitu saja, tanpa bumbu apapun". Terasa lain, aneh, waktu itu, makanan tersisa separuh, karena sudah terasa tidak enak.

Namun, saya tidak butuh waktu lama untuk menyukai Tha'miyah. Selepas Seminggu di Kairo, saya malah sering turun apartemen untuk membeli makanan ini. Apalagi kalau pas lagi masuk kuliah, di depan Kampus dan di belakangnya, ada penjual Tha'miyah enak. Terkadang Warung itu menjadi tempat tongkrongan bagi teman2 mahasiswa.

Sekarang, Di Abu Dhabi, saya juga mempunyai makanan favorit "Nasi Biryani". Biryani berasal dati kata Persia, artinya fried atau nasi goreng. Tapi nasi gorengnya lain dari nasi goreng Indonesia, dari bumbunya saja sudah lain, tentu rasanya juga lain.

Kalau di Indonesia, nasi goreng tak pake kuah. Nasi biryani itu pake kuah, entah kuah dari apa saya kurang memperhatikan. Dalam nasi goreng, biasanya kita sering mencapur ayam atau daging di dalamnya. Biryani, ayam dan dagingnya dipisah.

Jadi, ketika kita makan biryani, akan ada empat wadah di sana, pertama untuk Nasinya, kedua untuk Kuah, ketiga untk Ayam atau daging atau Ikan, keempat untuk lalapannya, ada mentimun, gar-ger (tumbuhan yang konon, bisa memperkuat hubungan suami istri), gubis, wortel dll.

Nasi biryani sangat popular sekali untuk negeri asia selatan, seperti India, srilanka. Namun di negera-negera arab juga popular, mungkin karena pengaruh dari orang-orang pendatang, dari India, Pakistan, Bangladesh, bahkan nasi ini bisa menjadi menu makanan pokok acara perkawinan orang-orang arab.

Itu semua adalah makanan-makanan favorit saya yang sering saya makan, Sebenarnya masih banyak makanan-makanan enak sejenis lainnya, mungkin karena selera ya…selera membikin saya suka pada keempat makanan itu.

10) Bahasa Kepala

* Foto : bahadur, Nepal

Hal paling lucu yang masih menjadi tertawaan saya, baik ketika melihatnya ataupun ketika sendiri mengingatnya. Pastinya saya akan tertawa terpingkal, terkadang juga sambil menirukan apa yang saya tertawakan itu.

Adalah gerak kepala "teman-teman India, Pakistan, Nepal, Bangladesh". Mereka sama, ketika mengatakan "iya" lewat bahasa kepala, maka mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kalau di Indonesia, sama dengan gelengan tidak. Bukan perbedaan itu yang membikin saya terpingkal-pingkal, tapi gerak kepalanya itu, lentur, elastis, seperti ada cirri khas dan seninya, gimana ya… kalau boleh saya namakan "goyang kepala" hehehe…

Bagi teman-teman yang suka dengan film India, bisa dibuktikan dan diperhatikan. Kalu kita mungkin bilang "tidak" hanya akan bergeleng satu kali, tapi ini nggak, dia akan bergeleng-geleng dua atau tiga kali. Saya pernah mencoba itu, pusing juga.

Diceritakan, ada orang Indonesia bekerja di Money Exchange, Abu Dhabi. Suatu hari dia melayani pelanggan dari bangladesh, karena baru, dia tidak mengerti goyangan kepala ini, sambil memegang card identity punya orang bangladesh itu, dia menanyakan kebenaran nama dan keterangan2 lainnya, "jawabannya geleng-geleng (menandakan iya), ditanya lagi jawabanyya geleng" cerita teman saya, nah ketika beberapa kali ditanya, jawabannya tetap geleng-gelang, mungkin karena orang indonesia itu gak ngerti bahwa itu jawaban iya maka orang Indonesia itu bilang "STOP, kamu jangan geleng-geleng terus kepalanya, pusing nih", orang Bangladesh yang masih geleng-geleng langsung menegakkan kepalanya. Hehehehehe…

Ketertawaan saya bukan berarti menghina, tapi saya merasa lucu ketika melihat, keunikan-keunikan seperti ini. Siapapun, terutama dari negara2 asia tenggara, maka pertama kali akan bingung menghadapi bahasa tubuh seperti itu, karena, gelengan kepala bagi orang-orang asia tenggara artinya "Tidak".

Bagaimana bahasa tubuh mereka ketika "tidak" , kepalanya digerakkan ke atas. tapi konon, hanya sebagian saja, saya juga jarang melihat bahasa tubuh "tidak" mereka. Kebanyakan mereka langsung ngomong "tidak".
Pernah suatu hari saya tanyakan pada beberapa teman tentang asal usul gerakan ini, namanya samir, pekerja salon, atau kepada bahadur, pekerja bangunan orang Nepal. Mereka semua menjawab tidak tahu, mereka bilang, itu sudah kebiasaan saya dan orang-orang Negara saya.

Dengan perbedaan ini, saya kira mereka juga bingung, sama dengan kebingungan saya, ketika mereka bilang iya dengan menggelengkan kepala, sedangkan ketika saya bilang tidak saya juga menggelengkan kepala. Perbedaannya, mereka "bergoyang", saya Cuman "bergeleng". hehehe

Memang perbedaan sangat indah, meskipun terkadang menggelikan.

Rabu, 24 Maret 2010

Akal Manusia itu Begitu Berharga

Saya masih ingat Pepatah arab, yang intinya begini. Orang berilmu itu mulia walau badannya kecil, dan orang berbadan besar itu akan kerdil kalau dia tak berilmu, atau bodoh. Intinya, bagaimanapun kondisi tubuh anda kalau sudah berilmu akan menjadi mulia.

Ilmu tentunya akan membawa kemajuan bagi manusia. Proses ilmu itu bersumber dari akal. Maka dari akal-lah semua kemajuan manusia saat ini didapat. Einstein lewat akalnya merumuskan teori-teori fisika, Thomas Alfa Edison lewat akalnya menemukan telegraph Lampu listrik dll. Maka sungguh besar nilai akal manusia. Tak heran, jika seseorang sudah tak berfungsi akalnya, maka statusnya 'Gila". Salah satu status social yang sangat terhina sekali.

Kemajuan akan membawa kemudahan bagi manusia, dulu, orang pergi Haji butuh waktu selama 3 bulan naik kapal laut, sekarang dengan pesawat, manusia cumin butuh hitungan jam sudah sampai kesana. Dulu saya setiap pulang kemadura butuh waktu satu jam untuk menyeberang dari Surabaya ke madura, tapi kini dengan SURAMADU, hanya dengan sepuluh menit aku sudah injakkan kaki ini di madura.

Semua fasilitas mempermudah manusia. Fasilitas nyaman dari ilmu dan ilmu dari olah akal. Begitulah sederhananya, mengapa manusia harus menghargai betul keberadaan akal dalam dirinya.

Minggu, 21 Maret 2010

Momentum Memperbaiki Diri


Al-Azhar dengan segala potensinya harus dikerahkan untuk berbenah diri, mengevaluasi hal-hal lama yang belum tercapai dan menata ulang rencana-rencana baru ke depan. Hal ini mumpung ada momentum dengan penunjukan Syeikh Thayyib sebagai Syeikh Al-Azhar yang baru.

Selain karena Pimpinan baru, Momentum lainnya juga terbuka saya kira, dengan berharap bahwa pemerintah akan mengubah kebijakan, agar Al-Azhar lebih mandiri. Jika mubarrok cerdas, maka itu bisa dipertimbangkan, dengan pertimbangan.

Pertama, adanya tantangan serius dari lawan baru politik mubarrok yang akhir-akhir ini mendapat dukungan yang cukup signifikan dari anak-anak muda, al-baradeie. Nah kalau kran Al-Azhar diperbaiki sedikit bahkan kalau bisa diperlonggar, mungkin bisa mengambil simpati para simpatisan Al-Azhar, dengan anggapan bahwa kebijakan mubarrok sudah bagus dan barubah, maka pemerintahanny perlu didukung.

Kedua, kalau memang mubarok mau mewariskan tahta kepemimpinannya pada jamal mubarok, anaknya. Maka beberapa kebijakan mubarrok yang dirasa menekan pihak-pihak tertentu bahkan masyarakat, haruslah diubah menjadi kebijakan yang pro rakyat.

Akhir-akhir ini, intensifnya volume kunjungan jamal mubarrok ke beberapa instansi yang mempunyai cukup banyak massa, seperti Timnas bola mesir atau ke Klub-klub besar seperti Al-Ahly sangat bagus, karena kunjungan itu bisa mendapat simpati dari masyarakat mesir. Politik pencitraan memang perlu untuk menyokong simpati masyarakat.

Sekaranglah momentumnya, kalau Al-Azhar memang pingin maju. Maju dengan menjaga jarak dengan pemerintah agar tak mudah diatur? Atau tetap saja seperti dulu, berjalan begitu saja, dengan Intervensi pemerintah yang berlebihan? Saya khawatir kalau tetap seperti dulu, Al-Azhar tidak akan keramat lagi. hehehe

Sabtu, 20 Maret 2010

DR. Ahmad Thayib


Kemarin, sudah tersebar kabar bahwa Syeikh Al-Azhar baru adalah DR. Ahmad Thayib. Mendadak terbayang dikepala ini sosok DR Ahmad Thayib yang berperawakan tenang, tatapannya tajam, namun pemikirannya sangat maju, yang paling menonjol dari beliau adalah "Upayanya mendialogkan Islam dengan Dunia"

Saya sebagai Alumni Al-Azhar tentu mempunyai ikatan emosi, maka sayapun ikut gembira, ketika presiden Husni Mubarok memilih beliau sebagai pemegang otoritas tertinggi di lembaga islam tertua itu. Beban ini memang sangat berat, mengingat Al-Azhar bukanlah lembaga local yang hanya mengurusi Ummat islam Mesir, tapi Ummat islam secara keseluruhan. Baik dengan pemberian beasiswa bagi murid-murid asing, atau bantuan mubaligh yang tersebar di seluruh pelosok dunia.

Hanya saja, saya sebagai murid mempunyai dua cacatan yang selama ini menjadi perhatian bahkan kritikan orang-orang di luar Al-Azhar. Mungkin juga para Masyayikh di Al-Azhar sendiri sudah tahu tentang permasalah ini tapi apa daya, kekuasaan sudah kadung membelenggu lembaga yang awalnya independent itu.
Pertama, Upayakan untuk mengurangi Intervensi pemerintah di halaman Al-Azhar. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa selama ini kurikulum Al-Azhar sedikit diatur oleh pemerintah, seperti, Materi Juz hafalan Al-Qur'an yang dikurangi, sejumlah materi pelajaran juga tidak boleh diajarkan dll.

Nyatanya lagi, dalam struktur pengurus Lembaga Al-Azhar, keterlibatan pemerintah Mubarok terlihat sangat dipaksakan sekali. Asrama mahasiswa Asing (dulu saya pernah tinggal di sini) yang dulunya selalu dipimpin oleh non militer, ketika saya di sana dan mungkin sampai saat ini, dipimpin oleh Jebolan Militer. Tak heran beberapa kebijakan pimpinan ini banyak tidak sesuai dengan kehendak Mahasiswa, bahkan kabarnya beberapa bulan lalu sempat di demo oleh anak-anak di asrama mahasiswa asing itu.

Akibat dari intervensi ini, Kharisma Al-Azhar sebagai lembaga yang dulu pernah menjadi kiblat keilmuan islam dan kejernihan ajarannya memudar. Sampai orang-orang local mesir juga sekarang banyak yang tidak mempercayai Al-Azhar sebagai lembaga Islam yang murni berjuang memajukan islam, tapi isunya malah "Al-Azhar sebagai kepanjangan tangan dari pemerintahan".

Memang, kalau saya perhatikan, sebetulnya Al-Azhar dalam dilema, disatu sisi lembaga tertua ini harus independent dengan program-progamnya, tapi di sisi lain, pemerintah terus mengawasi, kalau ada kebijakan Al-Azhar yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah, maka kebijakan Al-Azhar itu dihapus, meskipun itu lebih benar dalam konteks Al-Azhar.
Ada wacana, bahwa intervensi pemerintah mesir terhadap Al-Azhar adalah untuk mengurangi pengaruh Al-Azhar terhadap rakyat mesir, yang dulunya rakyat lebih percaya ke lembaga ini, bukan pada pemerintah.
Wacana lainnya, adalah tekanan pemerintah Amerika serikat kepada mesir untuk mengurangi pengaruh islam di negeri seribu menara itu. Hal ini bukan tidak mungkin sebenarnya, melihat selama ini, memang sukutu dekat Amerika.

Kedua, harapan untuk mepertahankan sikap tasammuh dan dialog keagamaan Al-Azhar yang selama ini sering kampanyekan oleh Al-marhum Syiekh thantawi. Upaya ini juga efektif di bawah pimpinan Syeikh Thantawi tapi kurang gregetnya. Apalagi Syeikh thayib lulusan sorbone, beliau seharusnya mempunyai peta yang lebih punya greget bagaimana bisa efektif mendialogkan islam dengan dunia, khusnya menghilangkan stigma negative barat terhadap islam selama ini.

Jumat, 19 Maret 2010

Jelek-Jelek

Sungguh mukamu jelek, sejelek babi, artinya tidak berbentuk manusia, kalau saja kau tidak dinamai, akan saya namai kamu dengan manusia berwajah babi. Tapi anehnya, mengapa kau selalu menebar kejelekanmu, mengapa kau selalu merasa seolah-olah bahwa kamulah yang paling cantik di dunia ini.

Padahal jika kamu sadar, yang mendekatimu adalah manusia setengah buaya yang buta, manusia yang hanya butuh tubuhmu yang berbentuk manusia berjenis wanita, tanpa bisa melihat bahwa mukamu itu babi, atau manusia yang buta, hanya melihat bahwa kau sebagai wanita yang bisa memuaskan nafsunya kapan saja.

Saya kira kamu juga sadar, bahwa dia adalah buaya yang buta, tapi karena rasa percaya dirimu yang lebih yang membuatmu hilang kesadaran bahwa dia hanya ingin menikmati tubuhmu. Herannya, kamu jingkrak-jikrak senang, bangga, menceritakan ke-semua orang, "oh ini pacarku" "oh saya didekati banyak orang", "oh saya pusing mau milih sapa".

Saya sadar kau tak tahu pepatah ini, karena percaya dirimu kelewatan dan bisa dikatakan sombong. "orang yang cantik itu tak akan berteriak bahwa di cantik, bahwa dia seksi dll, karena dia sadar bahwa dengan bagaimanapun dia sudah cantik".

Semua manusia tahu, bahwa kamu memang jelek. Tapi mereka tidak tahu atau merasa iba padamu untuk mengatakan bahwa kamu jelek. Saya tidak akan mengatakan ini jika kau tidak menumpuk benci dalam diri ini, jika kau sadar bahwa tebaran pesonamu yang memuakkan itu mengganggu saya dan pekerjaan saya, kemudian saya berkesimpulan bahwa kamu memang pengganggu yang tak ber-etika.

Saya menulis, bukan karena saya Memperhatikanmu, tapi ini luapan benci yang kamu tanam sejak lama di dalam diri ini. Saya piker, lebih baik menuliskan kebencian ini daripada marah-marah. Kau tak tersinggung dan kebencian saya karena ketergangguanmu pun berkurang.

Saya memang berlaku baik di depanmu, walaupun hati ini benci padamu, sangat benci. Tapi ingat saya hanya sekedar "sangat benci", dan saya jamin benci ini tidak akan mengganggumu, seperti kau menggangguku. Kau tetap bebas ber-ekspresi, mau jikrak, mau telanjang, mau tebar lekuk tubuhmu pada orang lain. Terserah, itu hakmu. Mungkin saya akan keluar ketika kamu mulai menebar pesona pada orang-orang, mungkin juga akan saya tutup telinga ini dengan headset mendengarkan Ummi Kultsum, Fairuz, Elissa, daripada mendengar suaramu, suara babi.

Bukan juga saya Syirik padamu, mungkin kau mengira saya Syirik karena kau banyak cowoknya, sedangkan saya tidak punya cewek. "oohhh no" bukan itu, saya sadar bahwa saya "cakep" jadi kapan dan dimanpun bisa dapet (huahaua,,,yang ini kidding aja). Perlu saya tegaskan lagi, saya menuliskan ini karena "Pekerjaan saya Terganggu".

Cukup bagi saya menuliskan bahwa saya membencimu, itu saja.

Kamis, 18 Maret 2010

(9) Talang Siring, Nile dan Corniche

*Kenangan Di pinggir Sungai Nile
Talang siring, sering saya curahkan masalah padanya, apalagi di saat sunset itu, meskipun tak begitu indah seperti pantai kuta atau pantai-pantai indah lainnya, paling tidak pantai ini sering mempengaruhi saya agar bisa memandang hidup secara terbuka, seperti ruang laut itu.

Di lain waktu, sering saya berhayal menghabiskan malam di tepi pantai itu bersama teman-teman, ingin ku ajak mereka. Tapi hayalan itu terhalang oleh suasana pantai yang tidak kondusif (maaf, . Padahal kalau dikondusifkan dan dimanfaatkan, pantai talang siring bisa menjadi indah).

Saya masih ingat,ketika masih kecil, betapa kami (mbak,adik,saya) senang sekali ketika diajak bermain ke talang siring pas hari minggu oleh Almarhum bapak. Perasaan gembira dengan ekspresi meloncat bahagia. "talang siring-talang siring" kami teriakkan berulang-ulang. Karena memang di pantai itulah kami merasa bebas, melihat alam lepas. Ketika itu pantai ini masih memiliki aroma alami.

Tapi, dalam beberapa tahun ini, saya mendengar dan melihat sendiri (karena saya pulang kampong tahun lalu), pantai itu sedikit tercemar oleh hal-hal kurang etis anak muda. Sayapun merasakan demikian, ada yang hilang dari pantai ini, yaitu kealamian dan kenyamanan.

Di sisi lain saya senang, karena ada kabar, lokasi talang siring akan segera direnovasi atau akan ditata ulang oleh pemerintah daerah. Saya harapkan perhatian pemerintah pamekasan tidak hanya "nga'anga' taen ajem" , atau omdo (omong doing). Namun diharapkan bisa mengembalikan citra, ketenangan dan kenyamanan pantai ini.

Talang siring, terletak di jalan montok, kecamatan larangan, kabupaten pamekasan. Kalau kita berjalan ke selatan sedikit, kita akan temukan jejeran pemakaman ummat kristen, dan candi (Budha) yang sangat unik sekali .

Sungai Nile, di sana saya sering merayakan persahabatan. Sungai yang dengan ketenangan airnya bisa membawa kita merasakan bahwa di sinilah peradaban manusia di mulai. Sungguh indah Nile itu , Keangkuhan Polusi siang tak bisa menghapus kejernihan airnya. Kejernihan itu semakin nyata ketika malam, Lampu-lampu modern itu melengkapi moleknya wajah Sungai ini

Irfan (Ust, Jack LC), saya, pak subhan (KH Subahn. LC), mas Agus Romli (KH. Agus Romli LC), berangkat lewat Metro (kereta bawah tanah) menuju nile. Tujuannya waktu itu naik perahu sambil goyang perut. Hari itu pas hari kamis malam jum'at pas sekali dengan hari libur orang mesir.

Tak heran, ketika sampai, orang begitu ramai, pemuda-pemudi bergandengan, suara musik Saad El-Saghir dengan ciri khas lagu rakyat mesir sudah terdengar dari tengah sungai di atas perahu.. Bahkan ada yang merayakan pernikahan di sana, di atas perahu. Melihat itu, kami tak sabar ingin segera naik untuk joget.

Deretan perahu yang parkir, membuat kami bebas memilih yang mana akan kami tumpangi, kami milih yang tengah. Di sana juga banyak pemuda-pemudinya, berharap nantinya suasananya akan asyik, penuh dengan tarian-tarian perut.

Mesin dinyalakan, perahu berjalan dan musik dimulai…seketika beberapa pemuda-pemudi mesir berdiri dengan semangat joget tari perut. Beberapa menit kemudian kamipun maju, diawali oleh pak subhan, irfan, saya dan mas agus. Kehadiran kami menghadirkan sesuatu yang lain buat pemuda-pemudi itu, entah karena joget kita lain (joget ngebor, dan joget gergaji), mereka senang, mereka ketawa melihat joget kami, dan persahabatanpun terjalin.

Sungai Nil, sungai terpanjang di dunia ini, meliputi tujuh Negara, namun karena negara yang paling maju dan kaya dari segi ekonomi dan sejarah adalah mesir diantara tujuh Negara itu, maka identiklah sungai Nile dengan mesir. Konon, kalau sudah sungai nile ini kering, maka itulah tanda kiamat sudah tiba.

Corniche Abu Dhabi, saya melihat kemoderenan di sini, pantai buatan hasil alat-alat canggih. Awalnya, pantai itu adalah lautan lalu ditumpuk dengan pasir dibuat daratan, kemudian sekarang menjadi pantai yang indah sekali dengan background gedung-gedung tinggi megah pencakar langit.

Beda dengan pinggiran Nile yang dipenuhi oleh perahu-perahu tradisional, di sini bertumpuk speed boat. Beda juga dalam hal kebersihan dan perawatan, perawatan di sini sangat intensif sekali, dua puluh empat jam. Rumput-rumput biru tertata rapi, sejajar. Pohon-pohon palem tumbuh dewasa membawa angina yang sejuk. Ini semua akibat dari kemoderenan. Kemoderenan yang terkadang terasa angkuh.

Hanya saja corniche tidak dapat menampilkan sisi sejarah apapun, kering akan sejarah, kecuali bukti nyata dari manusia, bahwa manusia sekarang sudah moderen. Bahwa manusia akan terus berkembang dengan akalnya.

Corniche, kosa kata yang berasal dari perancis yang artinya jalan di sisi tebing atau gunung. Ini bukan hanya terdapat di UAE, tapi juga di mesir, Saudi dan Lebanon

Selasa, 16 Maret 2010

(8) 3 Negara.

Tiap Negara pasti memiliki focus masing-masing dalam satu hal yang nantinya akan menjadi ciri dari setiap Negara itu, sudah banyak buku-buku yang membahas tentang ini, semisal mesir yang selama ini dikenal dengan alfu manaroh, karena banyak menara masjid menjulang dll. Kemudian saya mencoba dari sudut pandang pribadi, yang ditarik dari pengalaman saya selama tinggal di tiga Negara.

Di Negara dimana saya lahir,indonesia, focus public banyak di ranah politik, sehingga apapun itu bisa dijadikan senjata untuk berpolitik. Misalnya, dalam berapa puluh tahun ini yang marak adalah agama sebagai senjata politik untuk merebut kekuasaan.

Bisa kita bayangkan, agama yang murni, tanpa cacat dan tanpa salah pada siapapun bisa begitu gampang dipermainakan di Negara saya ini hanya demi kekuasaan dan ambisius kelompok masing-masing. Apalagi hal-hal non agama, pendidikan, kesehatan dll, ini semua bisa menjadi focus politik para politikus sesaat, janji kampanye-terpilih-lupa janjinya (saking kebanyakan). kalau menurut pendapat saya para politikus-politikus itulah yang banyak menghabiskan uang Negara. Untuk satu kasus saja sudah menghabiskan miliaran.

Kurang lebih sepuluh tahun, energi Negara saya banyak tersedot untuk urusan politik, padahal kalau focus pada urusan ekonomi, bukan mustahil dalam waktu sepuluh tahun itu urusan kesejahteraan rakyat akan membaik. Tapi sayang politikus (dalam hal ini wakil rakyat) itu malah bukan mensejahterakan rakyat tapi sibuk mencari ganti dari uang yang dihabiskan dari pencalonannya dulu.

Negara kedua bagi saya adalah Mesir. Di sini saya mengalami semacam tranformasi kepribadian dan wawasan. Negara yang memberi kebebasan wawasan dan pribadi bagi mahasiswa semacam saya. Kuliah gratis, mau aktif kuliah atau tidak terserah kita, mau pemikiran apapun juga ada tinggal milih buku semaunya, sudah tersedia, mau sholat atau tidak terserah. Mau jadi bajingan atau tidak, terserah. Kembali pada pribadi masing-masing.

Kondisi semacam itu bagi saya bukan sebuah kemunduran atau sebuah ketidak aturan bahkan saya jadika sebuat tantangan, bagaimana kita mengurus pribadi masing-masing di tengah alam alam bebas ini. Dalam kondisi ini saya merasa terntantang dituntut untu menjadi pribadi yang merdeka, berkarakter, tidak bergantung pada siapapun.

Mesir, memiliki focus pada "pembelajaran masyarakat" yang cukup tinggi. Tidak heran kegiatan dan sarana pembelajaran kerap kita temukan, bukan hanya di sekolah, tapi di mesjid-mesjid atau di kafe-kafe akan sering kita temuakan pembelajaran itu. Kalau di mesjid, semisal liqo' (semacam pertemuan, siapa saja bisa masuk, tanpa seragam atau tanpa buku, ustad menerangkan kitab). Kalau di kafe semisal diskusi dll.

Dalam hal fasilitas, pemerintah mesir mengucurkan dana besar-besaran untuk membuat program buku murah melalui (maktabah usroh) nya, misalnya, buku fenomenal "tahrirul mar'ah" karya qosim amin itu bisa kita dapatkan hanya seharga dua pond mesir, kalau kita kruss-kan 4000 rupiah, dan bukan hanya itu, karya-karya penulis barat juga diterjemahkan ke dalam bahasa arab yang kemudian bisa kita beli dengan harga yang cukup murah. saya kira inilah proyek fenomenal pemerintah mesir yang perlu diacungi jempol.

Tidak puas dengan mencetak buku-buku murah, pemerintah mesir melanjutkan dengan jor-jor-an iklan dengan Slogan "al-qiraoah lil jami'" membaca untuk semua. Tokoh utama dalam proyek ini yaitu ibu Negara mesir "suzan Mubarok" yang memanf dikenal dengan kegiatan2 sosialnya.

Urusan politik di mesir sangat tertutup dan memang harus tertutup, apalagi mahasiswa asing seperti saya, jangan coba-coba ngomong politik. Pemerintah memang membungkam kran-kran politik agar tidak terusik kekuasaannya.

Sekarang saya berada di UAE (united arab emirates), Negara yang penuh dengan ambisi ekonomi. Energi Negara ini tercurah pada ekonomi, proyek-proyek raksasa yang fenomenal telah dan sedang dirancang. Bukti nyatanya, burj dubai (dirubah menjadi Burj Khalifah) yang diresmikan bulan kemarin. Gedung yang saat ini sedang memuncaki gedung tertinggi di dunia.

Namun tidak lama lagi, gedung itu akan terkalahkan oleh Nakheel Tower yang masih dalam tahap pembangunan di dubai. Coba ketik di google kemudian anda tulis "gedung tertinggi di dunia" maka akan anda lihat proyek-proyek gedung tinggi dubai akan berada di tiga teratas dari sepuluh gedung tinggi di dunia.

Urusan politik dan pendidikan di sini memang tidak terlalu ramai, karena seolah-olah rakyat sini tidak butuh politik, mereka sudah terlalu nyaman dengan limpahan uang dan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah. Namun juga ada sisi negatifnya, yaitu minimnya wawasan dan kekreatifan penduduk sini dalam segala sisi, mereka sudah biasa dimanja dengan sistem dan fasilitas yang beigitu nyaman, sehingga lupa akan pembelajaran.

Kalau seandainya, anda dalam posisi pemilih, anda memilih yang mana, milh focus ekonomi,rakyat sejahter tapi kering wawasan dan kekreatifan? Atau anda punya wawasan yang luas, tapi dengan ekonomi dan politik yang kering? Atau anda punya wawasan pembelajaran politik yang meriah, tapi kering ekonomi ?

Senin, 15 Maret 2010

(7 Isu) Tertibnya Lalu Lintas

*Mobil diparkir lebih dari 15 hari, Diangkut ke kantor polisi.

Berita hari ini, di gulf news, Abu dhabi menyiapkan radar yang mereka sebut "sniper", setidaknya 300 penembak jitu mobil pelanggar itu akan ditugaskan pada lokasi yang berbeda-beda.

Alasan pemerintah karena ingin menekan angka kecelakaan dan membuat nyaman para pengendara mobil serta tertibnya lalu lintas. biar pengguna mobil lebih berhati-hati jangan sampai melanggar kecepatan lalu lintas

Lalu lintas adalah tolak ukur dari perberadabannya sebuah masyarakat. Masyarakat yang sering melanggar artinya bukan masyarakat disiplin, sedangkan kedisiplinan adalah cermin dari terbentuknya sebuah peradaban.


Kalau kita mungkin Tanya pada orang-orang sukses, maka mayoritas akan menjawab bahwa kiat mereka dalam menuai sukses, salah satunya adalah kedisiplinan, contoh kecilnya, mengapa Bapak Polisi dan tentara bisa lebih tegap dan lebih kuat daripada kita, jelasnya, karena mereka disiplin latihan badan tiap hari.

Kawasan lalu lintas abu dhabi, selama setahun, dan selama berkali-kali saya merasakan kondisi lalu lintas, dengan tegas saya katakan sangat disiplin, sehingga terlihat sangat tertib dan rapi. Sedikit sekali pelanggar lalu lintas. Padahal di jalan2 polisi tidak terlalu banyak melakukan pemeriksaan, atau berdiri di salah satu ruas jalan dengan mengamati pelanggar.

Tidak, malah kalau saya nilai, jarang sekali polisi mengamati pelanggar atau dengan menilang mobil di tengah jalan, yang kemudian menarik perhatian pengemudi yang lain, dan justru menggangu lalu litas, karena macet. Mungkin kalau salah parkir sering, polisi menyamperi, tapi kalau ketika berjalan lantas dicegat sangat jarang sekali.

Ketika saya bertanya kepada senior di sini, dia bilang " wah ente gak tahu nu" kaget saya, apa yang tidak tahu bang "di sini ini udah canggih, gak musim lagi polisi berdiri di pinggir jalan, sekarang sudah ada polisi lebih canggih lagi, dan dijamin tepat sasaran" wah masak iya bang, timpalku. Ketika itu kami memang perjalanan ke dubai.

"itu, itu liat itu," tunjuknya sambil mengarah pada sesuatu yang berada di trotoar pemisah dua jalan. Saya melihat barang itu tertutup, saya mengira itu barang PLN sini atau Kotak punya "Telkom Abu Dhabi". "itu dia coy, radar",

Saya kaget, saya menoleh lagi, memastikan bahwa itu memang radar, ada lampu sinar dari kotak itu, "wah iya tuh, ada cahayanya bang", "hmm…berarti diantara mobil ini ada yang melanggar tuh" jawab seniorku itu. Wah, canggih bener ya, dan strategis sekali pemasangannya, orang yang tidak hati-hati akan terkoceh, karena memang letaknya yang tersembunyi.

Tiba-tiba saya teringat sesuatu, kira2 lima bulan lalu, saya disuruh mengantar karyawan kantor, dipulangkan, si Allan, yang juga sahabat saya dari philipine. Ketika itu saya menaiki taksi, sopirnya orang Pakistan-daerah pattani. Hamper sampe bandara, dia ngebut, tiba-tiba dia kaget ketika ada sinar seperti petir, saya Tanya "kenapa kaget?" "tampangnya yang berewok keliatan pucat, sambil berkata "bukroh yaji gharomah" artinya, besok saya kena sanksi "loh?" iyah, barusan kena radar.

Sepulangnya dari bandara, saya dan sopir tadi pelan-pelan sekali, kembali saya menoleh mungkin di sini ada bacaan, wah ternyata itu dia tulisannya, "reduce the speed road Monitored by radar". Saya sambil menunjuk dan menerjemahkan ke sopir apa yang di papan itu, saya juga bertanya apa memang dia tidak tahu itu?. Dan setelah diusut ternyata dia sopir baru, baru dua bulan, dan hanya dua kali dia kesini. Hoho…that is your problem brother mengapa gak hati2.

Melihat sistem radar seperti ini, saya rasa sangat efektif sekali, terutama di tempat-tempat rawan dan jalan-jalan panjang. Pernah suatu kali, saya diajak senior yang lain untuk pergi jalan-jalan malam, jam tangan sudah pukul 02.00 pagi, tapi lampu lalu lintas masih aktif, padahal ini pinggiran kotanya, dan para pengguna jalan masih mematuhi warna-warni di lampu itu.

Saya kemudian membayangkan jika sistem ini diterapkan di mesir, mungkin radarnya akan kewalahan, bahkan pusing saking banyaknya pelanggaran. Kaca spion mobil tinggal satu, kaca pinggir mobil rusak hanya kaca depan yang tersisa, belum lagi ngebutnya, karena memang kota ini konon sengaja dibiarin biar keliatan kuno, di ibu kota mesir, kairo, lampu lalu lintas aja gak ada, jadi polisi wajib militer aja yang mengatur,walaupun aba-abanya sering salah…hehehe…tapi bagaimanapun kairo memang unik.

Saya kemudian juga membayangkan bagaimana kalau di Indonesia diterapkan seperti itu, paling tidak ditempat-tempat rawan perampok, atau ditempat yang tidak mudah dijangkau. Setidak ini untuk pendisiplinan masyarakat kita untuk patuh peraturan kapan dan dimanapun. Karena dengan begini, lalu lintas akan tertib, dan tingkat kecelakaan akan semakin berkurang. Negara baik adalah Negara yang menghargai hidup dan kehidupan warganya.

Kamis, 11 Maret 2010

(Isu 6) Malam Jum'at

Malam jum'at di Negara-negara Arab layaknya malam minggu di Indonesia, senyum bahagia bisa istirahat setelah bekerja selama seminggu hadir menghiasi wajah. Begitu bahagianya menyambut akhir pekan.

Muda-mudi seperti biasanya, berjalan ke tepi pantai, pergi ke taman Cornice sambil bergandeng tangan, tertawa mesra di atas kursi taman, menandakan bahwa ada rindu tiap pekan, di mana aku dan kamu bisa pergi bersama dan berbagi cerita.

Sebagian juga ada yang ke diskotik, merayakan dengan sorak-sorai kegaduhan musik dan lampu disco. Berjoget mengikuti dentakan lagu keras. Minum alcohol, sambil bersulang chress…kemudia berucap I love honey.

Uniknya, tiap Negara ada diskotik masing-masing, tapi siapapun bebas bisa masuk ke tempat-tempat itu, hanya nama dan mayoritas pendatang di sana memang dari Negara asli. Sejauh yang saya tahu, negara-negara yang punya diskotik, Philipine, Bangladesh, Nepal, India, Ethiopia, Eropa.

Untuk orang Indonesia, mereka kebanyakan melewatkan akhir pekan di Dua restoran Indonesia yang terletak di jantung kota Abu Dhabi. Rasa kangen pada makanan melebihi segalanya bagi orang Indonesia. Di dua restoran itu kita memang dimanja dengan menu-menu yang nikmat sekali, dan bisa dipastikan semua jenis makanan Indonesia tersedia disana.

Rasa kangen keluarga, teman dan lingkungan bisa terobati dengan hidangan ala Indonesia, setidaknya bagi saya pribadi. Dua restoran itu adalah : Bandung Restoran, dan Sari Rasa Restoran. bagi anda yang mempunyai kerabat yang tinggal di Abu Dhabi, mereka pasti akan akrab sekali dengan nama restoran tadi.

Malam jum'at di Abu Dhabi lain halnya dengan malam jum'at di Indonesia, di kampong saya, setiap malam jum'at malah dianggap kramat, apalagi malam jum'at kliwon. bahkan Konon di malam inilah sering ada hantu. Tapi alhamdulillah Mitos Kramatnya malam jumat sudah menipis.

Namun di sisi lain Saya Bangga, karena Di setiap malam jum'at ini, warga kampong desa saya selalu membaca yasin bersama-sama, berkelompok, mereka menamakan dengan "kolom jum'atan", sesuatu yang patut disyukuri dan saya kira perlu dilestarikan keberlangsungannya.

Awalnya saya membenci aktifitas ini, karena ini dianggap bid'ah. Tapi setelah saya mondok ditambah lagi pemahaman toleransi mazhab yang diajarkan Al-Azhar, saya kemudian bisa mengambil faedah dari acara-acara keagamaan seperti ini, salah satunya, tumbuh suburnya ruh keagamaan dalam diri warga, sehingga bisa menambah keimanan. Saya membayangkan kalau tidak ada kegiatan seperti ini, maka kegiatan keagamaan akan kering keronta, tak bernyawa.

Malam jum'at, di sini adalah malam bahagia, malam kasih sayang bagi mereka yang mempunyai pasangan. Tapi "apa artinya malam minggu, bagi orang yang tidak mampu, mau ke pesta tak tak mampu (rhoma irama)", tidak mampu di sini saya artikan bukan hanya tidak punya duit, tapi juga tidak punya pasangan.

Malam jum'at di mana saya hanya bisa memegang bantal guling…..hehehehe