Kamis, 21 Januari 2010

Semoga Tidak!

Ada dua bencana di timur tengah saat ini; bencana pertama, organisasi teroris yang kerap kali tidak segan-segan menghabisi nyawa manusia. Teroris adalah isu lama yang telah mencoreng wajah timur tengah dan islam. Dulu (Ikhwan Muslimin) dll, Namun sekarang mereka muncul dengan kekuatan dan sistem batu. Beberapa waktu lalu amerika menjustifikasi bahwa yaman adalah pusat Al-Qaeeda (salah satu organisasi teroris), hal ini lagi-lagi mencoreng nama timur tengah dan Islam.

Dulu, sistemnya adalah sentralisasi kepemimipinan, tapi sekarang, mereka mendapatkan mandat bahwa tanpa menunggu perintah pemimpin pusat mereka dapat bergerak dan melaksanakan aksi. Yang lebih canggih lagi adalah, mereka sekarang tidak tergantung kepada sosok sentral dalam kepemimpinan. Jadi meskipun pemimpin mereka ditangkap atau dibunuh, maka mereka akan tetap eksis, karena visi mereka bukanlah pemimpin tapi visi sudah menjadi ideology mereka yang tumbuh subur dalam otak.

Negara yaman adalah Negara baru bagi mereka (tumbuh dan subur), setelah irak, sudah, Afghanistan dan perbatasan Pakistan-Afghanistan. Menurut beberapa pengamat, Yaman adalah tempat strategis untuk mengontrol aktifitas organisasi mereka .

Kekhawatiran saya saat ini adalah, akankah teroris ini akan menjalar ke tempat-tempat lain di timur tengah, terutama abu dhabi, melihat banyaknya orang-orang yaman yang berdomisili di sini, atau akankah teroris itu menjadikan Abu dhabi sebagai musuh mereka, dilihat dari pertama, banyaknya perusahan-perusahan yang dirintis ataupun dibangun oleh orang Non muslim? Kedua, kehidupan UAE khususnya dubai yang cenderung berlawanan dengan prinsip mereka? Ketiga, dekatnya perbatasan antara iran dan UAE, sedangkan iran diisukan sebagai penyokong gerakan teroris itu, sebagai bentuk perlawanan iran terhadap amerika.Semoga tidak.

Bencana kedua adalah bencana alam banjir besar yang dimulai dari Saudi Arabia beberapa waktu lalu, sekarang banjir itu melanda mesir, akankah ini menjadi permulaan dari bencana-bencana alam lain di timur tengah? wallahu a'lam, semoga saja tidak.

Namun, jika kita melihat pada bencana alam yang selama ini terjadi, yang sifatnya pasti sama, contohnya, ketika di Amerika terjadi bencana, maka beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian Negara di sekitan Amerika akan terjadi bencana, akankah ini permulaan dari bencana alam di timur tengah. Meskipun hanya banjir, tapi ini akan berpengaruh pada suasana alam.

Keanehan-keanehan perubahan alampun sekarang muncul di Abu dhabi, misalkan, musim dingin sekarang tidak sedingin dulu, bahkan di waktu siang, akan terasa panas, dulu musim dingin adalah musim di mana orang harus memakai jaket baik siang atau malam, karena cuaca yang sangat dingin, tapi sekarang, saya bebas tanpa jaket, cukup baju lengan panjang, karena cuaca yang tidak dingin. Namun ketika musim panas datang, panas itu seolah-olah memanggang hidup2 tubuh ini dengan angka 50 derajat Celsius.

Rabu, 20 Januari 2010

Untung Rugi dan Kemanusian

Kalau anda seorang pebisnis, kerap akan anda temukan kata-kata untung dan rugi. Kalau anda tidak untung dalam usaha anda ya rugi, begitu juga sebaliknya kalau anda tidak rugi ya untung. Hal ini sesuai dengan profesinya sebagai pedagang, dan di waktu dia berdagang.

Namun, Patokan untung dan rugi pada zaman sekarang sudah melampaui dunia bisnis, dalam artian sudah merambah pada interaksi social sehari-hari. Bahkan bisa juga sudah menjadi watak dari pola piker sebagian dari manusia. Atau mungkin, pikiran itu sudah menjadi trend manusia modern termasuk kita sendiri, dengan tanpa sadar? Jika benar begitu. Habislah kemanusian?

Contoh yang paling gampang dan menjadi tontonan atau bacaan kita sehari-hari adalah gerak-gerik politikus dan pejabat negera kita. Lihat bagaiman mereka bertikai mencari keuntungan, baik untuk partainya ataupun untuk pribadinya. Mengusut bank bermasalah saja, dipermasalahkan dari partai mana ketuanya? meng-untung-kan nggak untuk partai? Inikan namanya bisnisman politik, bukan lagi politikus yang mementingkan norma kebenaran manusia secara umum.

Fenomena untung-rugi, banyak kita lihat dalam hubungan persahabatan. Persahabatan itu akan melekat ketika dia mempunyai hal yang meng-untung-kan buat kita. Kita bersilaturrahmi lewat telfon, ber-akrab-akrab dengan dia, menanyakan kabar tiap akhir pekan dll. Tapi ketika dia tidak lagi meng-untung-kan buat kita, maka dengan sendirinya, kebiasan di atas akan lenyap sedikit demi sedikit. Mungkin sering kita tidak sadar dengan hal-hal seperti itu, namun sebenarnya kita sudah terjebak dalam pola piker untung-rugi dalam persahabatan, tanpa mementingkan arti persahabatan yang lebih bernilai kermunian menyayangi manusiaan tanpa memandang untung atau rugi. Inilah pelaku bisnis dalam persahabatan.

Bukan hanya dalam hal persahabatan, dalam keluargapun banyak kita temukan. Misalkan seseorang yang mempunyai uang banyak atau kedudukan yang tinggi, maka saudara-saudanya yang lain akan mengaku saudara padanya, bahkan yang tidak memiliki hubungan apapun akan menghubungkan persaudaraan. Namun, ketika dia jatuh dari kursi dan hartanya, maka semuanya akan menjauh, menjauh seperi tidak pernah lagi terjalin persaudaraan antara mereka.

Di UAE sering saya menemukan "matinya kemanusiaan", "matinya perasaan", "matinya hati". Semua serba berpola piker bisnis, bisnis dan bisnis. Mungkin pola pikir ini dampak dari minimya pendidikan dan minat untuk berpendidikan di UAE. Minat bisnis (menghasilkan uang ) lebih besar dari minat berpendidikan mereka. Gedung-gedung tinggi pencakar langit itu telah menjadi penghalang nilai-nilai kemanusian mereka.

Layaklah kalau banyak orang mengatakan "tidak ada persahabatan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan" , pepatah arab juga bilang "jikalau kita sedikit uang maka tidak seorangpun yang mendekati kita, akantetapi jikalau kita mempunyai banyak uang maka semua akan mendekati kita".

Namun saya optimis, selama kita mau belajar (menggunakan otak) dan mau berpendidikan (menggunakan hati), maka nilai-nilai kemanusiaan itu akan selalu ada dalam diri kita.

Kamis, 14 Januari 2010

Orang Asing Yang Membangun UAE (2)

Selanjutnya dari segi kualitas, orang-orang asing UAE melebihi dalam hal apapun dari orang pribumi itu sendiri. Kalau kita mau melihat secara umum, UAE adalah Negara yang tidak mempunyai gagasan apapun dalam mengelola sumber minyak yang meruah itu, tapi karena campur tangan orang asing, sekaligus komitmen dan keberanian Seikh kholifah waktu itu untuk memajukan UAE, maka jadilah Negara UAE seperti yang anda liat sekarang.

Tidak bisa dipungkiri, minyak adalah andalan Negara ini, namun tidak bisa dipungkiri juga, bahwa tenaga-tenaga ahli minyak di negeri ini adalah warga Asing. Peran pribumi sendiri hanya sebagai, kalau boleh saya katakan "penikmat hasil" jerih payah orang-orang asing.

Proyek-proyek besar di sini, mayoritas ditangani oleh orang asing, orang-orang pribumi mungkin hanya sebagai pemilik proyek itu atau hanya sebagai orang yang diletakkan namanya, agar proyek itu tidak memiliki masalah, atau jika memiliki masalah dengan pemerintah UAE, masalahnya akan cepat selesai.

Orang pribumi di sini, memiliki image sebagai orang yang pemalas dan manja, orang hanya ingin menerima beresnya, tanpa mau tahu prosesnya. Dan mungkin bukan hanya untuk orang UAE saja, bisa dikatakan Negara-negara "Kholij" memiliki kebiasaan yang buruk seperti ini.

Negara kholij bisa dikatakan terdiri dari kumpulan negara yang memiliki kekayaan minyak, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dll. Dengan kekayaan yang mereka miliki,mungkin mereka merasa tidak perlu bersusah payah mengerjakan sesuatu, tinggal memesan langsung jadi. Tanpa mau menciptakan sendiri.

Contoh kecil dari kemalasan mereka, adalah teman-teman mungkin sering membaca jumlah TKW yang diberangkatkan ke Negara-negara kholij itu, perbulannya ribuan. Kerja dari para teman-teman TKW adalah sebagai buruh rumah tangga, yang tugasnya adalah membereskan rumah para majikan. Yang sebetulnya pekerjaan-pekerjaan itu cukup dikerjakan oleh ibu rumah tangga. Tapi Karena saking pemalasnya, urusan sepele seperti itu diserahkan kepada pembantu.

Image sebagai pemalas juga dirasakan sendiri oleh pembesar-pembesar UAE, mungkin karena merasa risih. maka pada tahun 2009 lalu diberlakukan PHK besar-besar oleh pihak pemerintah kepada pribumi (mawatin) yang tidak sering masuk kantor, sering pulang di waktu jam kerja, sering tidak mematuhi peraturan.

Mengenai kebijakan pemerintah UAE terhadap orang pribumi perlu diacungi jempol. Pegawai negeri hanya untuk orang pribumi, orang asing tidak boleh. Orang asing boleh saja mendirikan perusahaan-perusahaan besar, tapi kalau masalah pegawai negeri punya orang UAE sendiri (meskipun kadang-kadang pribumi tidak memenuhi syarat. Mungkin ada orang dari Negara-negara Kholij menjadi pegawai negeri, tapi jumlahnya sedikit sekali.

Pegawai negeri di sini mempunyai gaji yang tinggi, gaji perbulannya, mencapai ratusan juta. Tidak heran jika mungkin satu rumah di UAE mempunyai pembantu 3 sampai lima orang, karena gaji para pembantu itu lima persen dari gaji mereka. Belum juga, kebanyakan dari pribumi memiliki bisnis di luar pekerjaannya

Administrasi di kantor-kantor pemerintahan UAE sudah canggih, semua serba computer dan programnya sudah ada di dalam, jadi tidak butuh keahlian khusus dalam mengerjakan sesuatu.

Kebijakan pemerintah UAE yang tidak kalah bagusnya adalah, kebijakan bahwa siapapun orang asing yang akan membangun usaha di UAE, maka sponsornya (pihak Yang bertanggung jawab) adalah orang pribumi, jadi bagaimanapun pihak asing harus membayar kepada pihak pribumi dulu sebagai sponsor. Tanpa ada sponsor, maka usaha tidak memenuhi syarat.

Sabtu, 09 Januari 2010

Orang Asing Yang Membangun UAE (1)

Di sini, ada asumsi " Kalau orang Asing pergi dari UAE, maka Negara itu akan mati seketika". Pertama kali mendengar itu, langsung mengalir pertanyaan. Apa benar itu? Kalau benar kemana Orang pribuminya? Orang asing mana yang paling awal masuk sini?

Melihat di lapangan, asumsi itu memang benar. Kurang lebih 80 % persen, pengelola Negara ini adalah orang asing, baik dari segi kuantitas kependudukannya, ataupun dari segi kualitasnya.

Melihat kuantitas, memang 80 % persen penguhuni UAE adalah orang asing, baru 20 % orang pribumi, dengan prosentasi seperti ini, maka layaklah kalau dikatakan bahwa urat nadi UAE adalah orang asing yang menjalankan usaha atau menjadi tenaga kerja di sini. Bagaimana mereka akan menjalakan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri tanpa bantuan orang asing, orang pribumi aja tidak cukup menjalankan banyak perusahan sebanyak dan sebesar yang ada di UAE sekarang.

Perlu diketahui, UAE adalah Negara yang gemar untuk menimbun laut dengan batu dan tanah agar bisa memperluas Negara ini, kegemaran lainnya adalah, meratakan padang pasir dengan buldoser-buldoser besar yang kemudian disulap menjadi gedung-gedung perbelanjaan besar dan metropolis. Maka tidak heran bagi orang yang dulunya mungkin pernah kesini di masa 90 an kebelakang atau 2005 kebelakang, akan terkejut dengan perubahan-perubahan yang ada.

Pesatnya pembangunan di mana-mana juga membuat kota ini menjadi kota yang multicultural, semua Negara datang, tidak lain dan tidak bukan hanya demi uang. Uang dan uang. Dengan visi dan misi yang sama, mereka bisa bekerja sama membangun UAE dengan tanpa mereka sadari.

Dan dua yang saya yakini dari ini, adalah kemakmuran rakyat UAE baik pribumi atau orang asing, membawa keamananan dan kesejahteraan penghuninya. bagaimanapun perbedaan yang terjadi, entah itu perbedaan politik, agama, suku, negara. jika sudah ekonomi makmur, maka perbedaan akan tenggelam di tengah kemakmuran hidup itu.

kedua, kalau kita sudah punya visi dan misi yang sama, dan dengan tekad yang kuat, maka kita akan meraih kesuksesan, mungkin di negara kita indonesia, mereka para pejabat tidak mempunyai visi dan misi yang sama, sehingga akan menjadi perusak kemurnian visi dan misi itu. seperti mereka para pendatang di UAE membawa visi dan misi yang sama dan komitmen yang kuat, bahwa mereka hanya ingin uang ke UAE.

Diberitakan dulu, pernah ada peraturan bahwa orang India yang ingin masuk ke UAE digratiskan, mereka bisa pergi ke Negara ini kapan saja mereka mau, asalkan dengan tujuan yang jelas. Diberitakan juga bahwa ketika itu, Presiden Syeikh Zayed, pendiri Negara UAE menyadari bahwa Negara India mempunyai potensi besar untuk di jadikan partner membangun Negaranya. Maka diberlakukanlah peraturan itu.

Dengan sumber alam minyak bumi yang kaya serta perpaduan pekerja dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, maka UAE menjadi seperti sekarang, konon, Negara ini adalah Negara Hollywood – nya arab atau "pusat perekonomian Arab". Ikonnya adalah Dubai, sayang Dubai saat ini masih mengalami sakit parah pasca tragedy tabrakan ekonomi yang tidak seimbang.

Sakitnya Dubai tidak menambah wibawa Negara UAE turun, karena system Negara sini adalah system federal. Jadi sakit dubai tidak otomatis menular ke Abu Dhabi, Abu Dhabi malah menampung pengangguran atau pengusaha atau para ahli Dubai bekerja di Abu Dhabi. Dan saham-sahampun banyak dibeli oleh Abu Dhabi. bahkan pembangunan di Abu Dhabi semakin marak...

Memang isu keretakan antara Dubai dan Abu Dhabi sempat gencar, tapi isu itu hilang dengan sendirinya dengan aksi Abu Dhabi menalangi beberapa proyek dubai yang sempat macet. Disertai dengan beberapakali deklarasi dari wakil presiden dan penguasa dubai sendiri Sheikh Maktum Al Rashid, bahwa dubai dan Abu Dhabi adalah satu. We are the one.

Bersamabung…